Sufyan bin Muhammad Ajlan menerangkan bahwa pada hari kiamat kelak, semua mata akan menangis kecuali tiga mata yang tidak menangis;
1. Mata yang selalu dibuat menangis kepada Allah Swt
2. Mata yang selalu terpejam ketika melintasi hal-hal yang diharamkan oleh Allah
3. Mata yang selalu dibuat jaga malam ketika berjihad menegakan agama Allah Swt
Bagaimana dengan mata kita?
Berdirilah didepan cermin, tatap kedua mata kita, betapa Allah telah menganugerahi kita sepasang mata yang indah, dihiasi dengan alis yang tebal dan lentiknya bulu mata, ada yang kecoklatan, ada yang kebiru-biruan, diletakan dibagian depan muka kita, sungguh indah dan sempurna, karena memang mata, baik posisi dan fungsinya merupakan ciptaan dari yang Maha Indah dan Maha Sempurna.
Lalu pernahkah mata nan indah ini dibuat menangis kepada Allah, ketika kita teringat akan dosa-dosa kita, sejak kita bangun tidur dan terjaga, hingga menjelang malam dan mata ini terpejam.
Pernahkah mata ini menangis manakala kita menyadari betapa kita telah lupa untuk mensyukuri karunia yang tak terhingga ini?
Pernahkah mata ini menangis, karena kita tidak bisa menangis ketika ayat-ayat Allah dibacakan?
Kita pasti pernah menangis, ketika uang kita hilang, ketika keluarga kita meninggal, ketika kehilangan pekerjaan, tapi bukan “hanya” karena itu kita harus menangis, kehilangan dunia, seharusnya tidak membuat kita meratap dan menangis, karena dunia “hanya” senda gurau dan permainan belaka.
Kita harus menangis ketika kita ditimpa kebutaan mata hati, ketulian mata bathin dan kekerasan hati kita, itu seharusnya membuat kita tersungkur sujud, menangis dan memohon kepada Allah dengan penuh rasa takut, harap dan cemas.
Mata yang selalu dibuat menangis karena Allah ketika kita tahajud ditengah keheningan malam, ketika kita tafakur ditengah kegelapan malam, itulah mata yang tak akan menangis diakherat kelak.
Justru mata-mata ini akan memancarkan cahaya kemilau laksana untaian mutiara sebagai balasan tangisnya karena Allah ketika didunia.
Betapa berat ketika kita harus menahan pandangan mata ini dari hal-hal yang dilarang Allah. Disepanjang perjalanan kita, betapa banyak aurat wanita terbuka, menggoda mata nakal ini untuk sedikit menoleh kearahnya.
Betapa disekitar kita, godaan dan rayuan hilir mudik silih berganti seolah mengundang kita untuk melayangkan pandangan yang tak dihalalkan tersebut.
Betapapun berat, jika kita ingin tidak menangis kelak dihari akhir, kita harus memejamkan mata kita ketika kita melihat paha dan dada terbuka, kita harus memejamkan mata ketika aurat mengoda birahi kita, kita harus mampu melakukannya, karena kita adalah raja atas nafsu kita, bukan kita yang justru dikendalikan nafsu kita.
Tahan pandangan mata kita, bukankah perselingkuhan berasal dari pandangan mata yang tak terjaga?
Kita harus rela untuk memejamkan mata kala melihat sesuatu yang diharamkan Allah, karena kita akan mendapatkan balasan yang jauh lebih indah lagi kekal abadi, mata kita tak akan menangis kita hari akhir kelak.
Pernahkah mata kita terjaga untuk berjihad dijalan Allah?
Benar kita kuat begadang semalaman untuk menonton pertandingan bola.
Benar kita juga jaga ronda sambil “iseng” main gaple semalam suntuk
Benar kita kuat melek untuk menghabiskan cerita novel yang menarik
Benar kita kuat tak memejamkan mata untuk memikirkan urusan dunia kita
Tapi pernahkah mata ini kita ajak untuk tahajud semalam suntuk?
Pernahkah mata ini kita ajak begadang untuk mentadaburi Al qur’an?
Pernahkah mata ini diajak begadang untuk meneliti hadits-hadits?
Pernahkah mata ini diajak begadang untuk berjihad dijalan Allah?
Begadanglah karena Allah, dengan melakukan “jihad” dan bersungguh-sungguh belajar al qur’an, bersungguh-sungguh menghidupkan malam dengan tahajud dan amaliah shaleh lainnya.
“Jangan engkau pendekan malam-malammu dengan tidur mu, panjangkan malam-malammu denga bertafakur, berisitighfar dan bertahajud semata karena Allah”
Mata yang selalu dibuat menangis kepada Allah, mata yang selalu terpejam ketika melihat hal-hal yang diharamkan Allah, dan mata yang selalu terjaga untuk berjihad menghidupkan agama Allah, adalah mata yang kelak tidak akan menitikan air mata, manakala mata lainnya berurai menangisi dosa-dosanya selama didunia.
Pilihan kita adalah apakah kita akan menangis sekarang didunia ini dengan menyesali dosa dan khilaf kita, dengan menjaganya dari pandangan “nakal”, serta memakainya untuk berjihad dijalan Allah, kemudian kita tersenyum disurga?
Atau kita sekarang didunia ini lebih banyak tertawa tanpa menyesali dosa-dosa kita, kita menggunakan mata sesuai keinginan nafsu hewani kita, serta begadang untuk memuaskan mata lahiriah semata untuk kemudian kita menangis tersedu dineraka?
Kalau bisa kesurga, kenapa kita pilih neraka?
Wassalam
Maret, 06, 2007
Tuesday, March 6, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment