Friday, March 23, 2007

SAYANGI DIRIMU

Kita semua pasti menyayangi diri kita sendiri, yang karena sayang dan kecintaan pada diri sendiri itulah kemudian kita berusaha untuk dapat memberikan yang terbaik yang kita mampu untuk diri kita.

Dalam segi penampilan fisik kita, kita berusaha menampilkan citra terbaik dari diri kita, kita mengenakan pakaian yang bagus, rapi dan mahal untuk membentuk citra diri kita bahwa kita orang yang perlente. Rambut ditata sedemikian rupa, pakai parfum dan minyak wangi, dan kalau perlu kadang kita meniru penampilan seorang bintang atau public figure untuk dijadikan contoh bagi kita, yang sekali lagi tujuannya untuk menampilkan diri kita sebaik mungkin sebagai perwujudan kecintaan kita terhadap sang “diri” kita.

Kita, atau diri kita, bukan hanya yang tampak secara lahiriah semata, bukan hanya jasad semata, tapi ada satu sisi lain”diri” kita yang kadang lupa untuk mendandaninya, sehingga sisi lain diri kita yang satu ini nampak kusam dan semrawut, tak terawat, lusuh dan kucel.

Kekurang pedulian kita pada “sisi lain diri” kita kadang justru melahirkan citra yang jauh lebih buruk dari yang kita bayangkan. Mungkin pakaian kita bagus dan mahal, mungkin kita berdandan dengan rapih, mungkin kita memakai parfum dan minyak wangi, mungkin rambut kita ditata sedemikian rupa, mungkin semuanya serba wah....tapi semua citra diri yang berusaha kita bentuk dengan image lahiriah saja, tidak akan menampilkan citra diri kita yang sesungguhnya, atau bahkan kadang citra lahiriah kita yang wah justru tertutup oleh citra dalam diri kita yang amburadul berantakan.

“Inner beauty” begitu istilah ndesonya, kecantikan dari dalam diri, citra diri, justru memiliki peranan yang sangat krusial bagi siapapun yang ingin tampil sempurna sebagai pribadi.
Lalu bagaimana cara kita menyayangi diri kita?

Untuk membentuk penampilan pribadi lahiriah, tentu anda lebih piawai, karena anda paling tahu diri anda, untuk membentuk citra diri dan inner beauty, mungkin bisa berkaca pada uraian berikut;

Dengan memelihara diri dari azab Allah; orang yang senantiasa memelihara diri dari hal-hal yang diharamkan Allah, akan terpelihara pula dari berbagai penyakit, baik itu penyakit lahiriah maupun penyakit bathiniah.

Bukankah penyakit AIDS, salah satunya diakibatkan oleh ketidakmampuan seseorang untuk memelihara diri dari apa yang diharamkan oleh Allah? Bukankah “jajan” adalah hal yang dilarang oleh Allah? Bukankah pakai jarum suntik untuk memasukan narkoba kedalam tubuh seseorang adalah juga hal yang dilarang Allah? Ketidak mampuan seseorang dalam memelihara diri dari azab Allah akan mengakibatkan kerusakan pada penampilan lahiriahnya, lebih-lebih pada citra diri bathiniahnya, akan kusut masai terkotori oleh berbagai hal-hal yang diharamkan oleh Allah.

Sebaliknya, seseorang yang mampu memelihara diri dari apa yang diharamkam Allah, akan terpelihara dari hal-hal yang akan mengotori jiwa dan lahiriahnya.

Dengan senantiasa bertaubat, dosa adalah ibarat debu yang menempel pada kaca atau seperti karat pada logam. Jika debu yang menempel pada kaca dibiarkan berlarut-larut, kaca pun kaca nampak kusam, tak lagi mampu memantulkan cahaya yang diterimanya. Pun ketika karat dibiarkan pada logam besi misalnya, pada suatu saat akan mengakibatkan korosi yang membuat logam rapuh dan tak lagi berguna.

Dengan senantiasa membersihkan debu-debu kekufuran, karat-karat kemusyrikan, biang kerak kemaksiatan, atau kotoran kemungkaran, diri kita, baik secara lahir maupun bathin, akan senantiasa bersih dan memancarkan aura dan citra diri yang positif.

Dengan senantiasa taat, ketaatan, adalah sebuah execise yang sangat bagus untuk melatih jiwa dan raga kita untuk dapat menimbulkan citra yang bagus.

Bukankah dalam shalat terkandung gerakan-gerakan yang mampu membuat metabolisme dan organ tubuh kita terlatih dengan baik. Disamping itu, shalat juga mengadung exercise bathiniah yang luar biasa, manakala kita menyadari bahwa pada saat kita shalat, kita tengah menghadap Rabb semesta alam yang akan mampu menggetarkan setiap ion dalam tubuh kita untuk taat dan tunduk pada keagungan sang Pencipta.

Bukankah dalam puasa juga terkandung sebuah hikmah untuk mengistirahatkan organ pencernaan kita dari aktivitas mengunyah makanan, sehingga memungkinkan organ tubuh kita untuk recovery dan beristirahat. Disamping puasa juga merupakan metode pelatihan bagi pengendalian keinginan kita yang tak terbatas, melatih sifat dan sikap ketaatan kita, melatih pembentukan nilai-nilai rabbani serta upaya pembersihan diri kita.

Dengan senantiasa ikhlas dalam ketaatan, rasa pamrih, riya, dan ingin dipuji hanya akan melahirkan stress yang berkepanjangan. Ketika kita tidak mendapatkan apa yang kita harapkan, kita tidak mendapatkan pujian dari amaliah kita misalnya, akan menimbulkan stress manakala kita tidak mendapatkannya, yang kita tahu stress adalah salah satu penyebab buruknya penampilan kita, baik secara lahiriah, maupun secara bathiah. Stress yang berkepanjangan akan menimbulkan kerut pada wajah dan kening kita, selain juga akan menjauhkan kita dari sikap syukur kepada Allah yang akan membuat jiwa kita kerdil karenanya.

Sebaliknya, keikhlasan adalah sebuah resep mujarab untuk membuat kita senantiasa tersenyum dalam menjalani ketaatan kita pada Allah. Ikhlas, akan melahirkan aura yang mempesona pada wajah dan bathiah kita.

Orang yang menyayangi diri adalah orang yang senantiasa memelihara diri dari azab Allah, senantiasa bertaubat karena Allah, senantiasa taat karena Allah, dan Ikhlas lillahita’ala.
Pelihara lahirmu, perbagus bathinmu, Insya Allah kita termasuk orang-orang muflihuun, orang-orang yang beruntung fidunya wal akhirat, amiin.

Wassalam

Maret 17, 2007

No comments:

Post a Comment