Friday, March 23, 2007

INDAHNYA SHALAT

78. Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh[865]. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (Al Israa’:78)

[865] ayat Ini menerangkan waktu-waktu shalat yang lima. tergelincir matahari untuk waktu shalat Zhuhur dan Ashar, gelap malam untuk waktu Magrib dan Isya.

Shalat secara bahasa berarti “Do’a, sementara secara Syar’i shalat didefinisikan sebagai suatu ibadah yang terdiri dari beberapa perkataan dan perbuatan tertentu yang diawali denga takbiratul Ikhram dan dikahiri dengan salam.

Rukun Shalat;
- Niat
- Berdiri bagi yang mampu
- Takbiratul Ikhram
- Fatihah
- Ruku – dengan Thuma’ninah
- I’tidal – Bangun dari ruku – dengan thuma’ninah
- Sujud, masing-masing dua kali setiap rakaat
- Duduk diantara dua sujud
- Duduk tasyahud akhir
- Membaca tasyahud akhir
- Membaca Shalawat
- Salam
- Tertib

Tujuan Shalat;

14. Sesungguhnya Aku Ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain aku, Maka sembahlah Aku dan Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (Thaaha:14)
Shalat adalah sebentuk pengabdian kita sebagai mahluk kepada Allah, shalat juga merupakan sarana kita untuk mengingat Allah.

Ini yang kadang “lepas” dari kita ketika kita shalat. Shalat kita bukan sebagai bentuk pengabdian kita, tapi lebih pada “keterpaksaan” kita untuk memenuhi kewajiban syari’at semata.

Shalat kita juga kadang bukan merupakan komunikasi atau sarana kita untuk mengingat Allah, tapi justru kadang menjadi “sarana pemaksaan kehendak kita kepada Allah”.

Kadang dengan shalat kita sudah merasa berhak untuk mendikte Allah dengan berbagai permohonan kita, dan sekali lagi kita cenderung memaksakan kehendak kita kepada Allah, kita pengin keinginan kita segera terkabul, kita ingin jumlahnya sesuai dengan kehendak kita, itu yang salah, Kita adalah mahluk, dan tidak berhak mengatur Allah, tapi justru Allah-lah yang berhak melakukan dan memberikan apapun kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

Kondisi inilah yang kemudian mengaburkan tujuan shalat kita, yakni untuk mengabdi dan mengingat-Nya semata.

Fungsi Shalat

45. Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al Ankabut:45)
Shalat berfungsi sebagai benteng bagi kita untuk terhindar dari perbuatan keji dan munkar.

Dusta adalah perbuatan keji dan munkar

Ingkar janji adalah perbuatan keji dan munkar

Khianat adalah perbuatan keji dan munkar

Berjudi dan meminum khamr adalah perbuatan keji dan munkar

Berzinah adala perbuatan keji dan munkar

Menyuap dan disuap adalah perbuatan keji dan munkar

Menyebar fitnah dan teror adalah perbuatan keji dan munkar

Menyekutukan Allah adalah perbuatan keji dan munkar

Dan masih banyak lagi berbagai perbuatan keji dan munkar yang harusnya bisa kita hindari
manakala shalat kita benar, bukan hanya benar secara syari’at semata, tapi juga menyentuh esensi dan hakikat yang benar pula.

Definisi shalat secara syari’at diatas, suatu ibadah yang terdiri dari beberapa perkataan dan perbuatan tertentu yang diawali denga takbiratul Ikhram dan dikahiri dengan salam, memang tidak menyebutkan kehadiran hati ketika kita shalat secara explisit. Tapi justru disinilah duduk persoalan dan pangkal masalahnya.

Shalat yang tidak disertai kehadiran hati, dan hanya berupa “Perkataan dan Perbuatan” tertentu, tidak akan lebih dari amaliah yang juga mensyaratkan perkataan dan perbuatan sebagai salah satu aktivitasnya.

Senam misalnya, juga merupakan aktivitas perkataan dan perbuatan, menyanyi misalnya, juga merupakan aktivitas perkataan dan perbuatan, tapi shalat seharusnya lebih dari sekedar aktivitas senam atau menyanyi, karena shalat adalah aktivitas ibadah yang melibatkan kita dengan sang khaliq, dan hanya dengan kehadiran hati sajalah kita mampu berkomunikasi dengan Allah lewat shalat yang benar.

Seperti pernah ditulis dalam artikel “Menjadi santri dengan Shalat” bahwa shalat merupakan rangkaian ibadah yang harus melibatkan Qawli – Perkataan, Qalbi – Hati, serta Fi’li – Perbuatan.

Kedua rukun Qawly danFi'li dapat gugur pada kondisi tertentu, tapi tidak demikian halnya dengan Qalbi, harus ada pada saat kita shalat, bagaimanapun kondisi lisan dan jasmani kita.
Kalau kita mau sedikit jeli, meski tidak secara explisit dijelaskan tentang kehadiran hati pada definisi shalat secara syar’i tersebut diatas, hampir disetiap gerakan shalat selalu menyertakan kata “Thuma’ninah”.

Thuma’ninah", mengandung arti : senang, nyaman, puas, bahagia, tenang, yang akan menumbuhkan kepuasan batiniah, dan erat kaitannya dengan keimanan, dan ketakwaan.
“Keimanan dan ketakwaan” hanya mungkin dicapai oleh seseorang yang senantiasa menyertakan “hati” dalam setiap aktivitas ibadahnya, pun demikian halnya dengan shalat, hati harus hadir, agar shalat kita mampu mencapai fungsi shalat sebagai sarana pencegah perbuatan keji dan munkar.

Selanjutnya, selain sebagai proteksi dari perbuatan keji dan munkar, shalat juga merupakan sarana dan media untuk menggapai pertolongan Allah, sebagaimana termaktub dalam ayat berikut;

45. Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (Al Baqarah:45)

153. Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu[99], Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (al Baqarah:153)

Pertolongan, dapat berupa pembebasan diri dan jiwa kita dari rasa takut, kekurangan, perasaan cemas, depresi atau lainya.

Pertolongan juga dapat berarti pemberian nikmat dan karunia Allah berupa iman, islam, sehat , rezeki dan keselamatan.

Pertolongan Allah juga dapat berarti pemberian Allah berupa jalan keluar atas segala masalah dan urusan kita, atau dipenuhinya segala keperluan kita.

Pertolongan Allah juga dapat berarti pertolongan untuk membantu kita berperang dengan nafsu dan musuh-musuh Islam

Dan apabila Allah telah menggulurkan “tangan-Nya” untuk menolong kita, sungguh kita akan menjadi pemenang yang hakiki; karena tidak akan ada yang dapat mengalahkan kita. Sebaliknya, ketika kita dibiarkan Allah untuk menyelesaikan masalah dan urusan kita, niscaya kita akan terjerembab dalam kubangan kenistaan.

160. Jika Allah menolong kamu, Maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (Tidak memberi pertolongan), Maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.(Ali Imran:160)

Pertanyaannya adalah setelah sekian puluh tahun kita shalat, kenapa kita masih merasakan kesulitan dan merasakan jauhnya pertolongan Allah kepada kita?

Lagi, jawabannya adalah mungkin shalat kita selama ini masih terbatas pada ucapan dan perbuatan semata, sementara hati kita entah dimana ketika kita shalat.

Mustahil Allah berbohong dengan ayat-ayat-Nya, karena Dia adalah Dzat yang senantiasa memenuhi janji. Kalau demikian adanya, shalat kitalah yang harus kita perbaiki segera, agar pertolongan Allah dapat digapai dengan sempurna.

Sempurnakan perkataan dan perbuatan syari’at shalatmu, jangan lupakan untuk sertakan hatimu, insya Allah kita akan dapat merasakan indahnya shalat.

Wassalam

Maret 23, 2007

No comments:

Post a Comment