Thursday, March 8, 2007

ORANG PINTAR SELALU PUNYA WAKTU UNTUK ALLAH DAN DIRINYA

Kesibukan, tak akan berhenti selama kita masih berada didunia ini, sibuk cari uang, sibuk ngurus anak, sibuk ini dan itu, dan berbagai macam kesibukan insya allah pasti akan selalu mewarnai kehidupan kita sehari-hari.

Kesibukan kita bekerja mencari nafkah untuk diri dan keluarga kita, kadang menyita hampir seluruh waktu kita, bahkan ada beberapa diantara kita yang ketika pulang atau pergi dari, lampu listrik selalu menyala, pagi berangkat ketika pagi buta, saat lampu belum dimatikan, pulang kadang larut malam setelah lampu dinyalakan.

Seorang teman bahkan pernah berkata bahwa ia hampir tidak pernah melihat matahari ketika hari-hari kerja. Ia harus berangkat ketika matahari masih tertidur pulas berselimut awan, sementara ia pulang ketika matahari sudah beranjak keperaduan. Bahkan kadang saat istirahat kerjapun ia masih harus duduk manis didepan komputer untuk menyelesaikan tugas-tugasnya yang seolah sambung-menyambung tiada henti.

Pagi pergi, pulang malam, rutinitas yang demikian membosankan bahkan kadang kita seperti robot atau mesin yang hanya tahu bekerja dan berkerja, kadang kita lupa bahwa keluarga kita juga memerlukan kita, bahwa tubuh kita juga memerlukan istirahat, otak kita pun perlu penyegaran, jasmani dan rohani kita juga perlu “vitamin” untuk dapat bekerja dengan layak, dan kadang bahkan kita lupa bahwa kita diciptakan Allah semata-mata untuk beribadah dan mengabdi kepada-Nya;


56. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (51:56)

Kita memang masih dialam kasab, yang mengharuskan kita untuk bekerja dan berusaha untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan atau untuk memenuhi kebutuhan lahiriah kita, tapi kita juga tidak boleh lupa bahwa ada hak Allah yang yang harus kita penuhi, yaitu untuk diibadahi.

Kesibukan kasab kita, tidak boleh melalaikan kita dari mengingat Allah, kesibukan upaya kita tidak harus menelantarkan hak-hak Allah, karena untuk mengabdi kepada-Nya sajalah kita diciptakan.

Lalu bagaimana ditengah kesibukan yang demikian padat ini kita bisa membagi waktu untuk Allah?

Pertama, luruskan niat dalam segala aktivitas dan kegiatan hanya untuk Allah; Ilahi anta maksudi, waridhaka matlubi, ‘a tini mahabbataka wa makrifataka – Ya Allah hanya Enkaulah yang hamba maksud, ridha-Mu yang hamba harapkan, berilah hamba kemampuan untuk dapat mencintai-Mu dan berMakrifat kepada-Mu”, sehingga segala aktivitas kita insya Allah akan dicatat sebagai sebentuk pengabdian dan ibadah kepada Allah.

Keberangkatan kita kekantor atau ketempat kerja, keberadaan kita dikantor atau ditempat kerja, apa yang kita lakukan, insya Allah semuanya akan bernilai ibadah; Carilahh uang untuk mendapatkan ridha-Nya, dan bukan hanya bekerja untuk mencari uang semata.

Kedua, sertakan Allah dalam setiap aktivitas dan kegiatan kita, kadang menjelang berangkat berdagang seorang pedagang minta rezeki yang halal kepada Allah , tapi ketika sampai dipasar, ia lupa dengan do’anya dan berbohong kepada pembelinya. Kadang kita berangkat kekantor dengan memohon kepada Allah agar dimudahkan kerjaan kita, tapi sampai dikantor, apa yang kita lakukan justru malah mempersulit diri kita sendiri. Allah seolah hanya ada dimasjid dan saat kita shalat, sehingga ketika kita dikantor atau dipasar, seolah-olah Allah tidak melihat amaliah kita atau bahkan kadang seolah-olah Allah tidak ada.

Ketiga, berdzikirlah, baik secara lisan, dzikir qalbu, dzikir fikri, serta dzikir lain untuk mengingatkan kita senantiasa bahwa Allah selalu bersama kita dimanapun kita berada;

4. Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian dia bersemayam di atas ´arsy[1453] dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya [1454]. dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. (Al Hadiid:4)

[1453] bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.

[1454] yang dimaksud dengan yang naik kepada-Nya antara lain amal-amal dan do´a-do´a hamba.

Kesadaran kita bahwa Allah senantiasa “ada” bersama kita dan melihat apa yang kita kerjakan, akan melahirkan sebuah sifat dan sikap “mawas” pada diri kita, bahwa kita senantiasa dalam pengawasan Allah, bahwa Allah melihat dan mendengar apa yang kita lakukan dan kita katakan.

Orang pintar bukanlah orang yang hanya pandai mencari uang dengan seluruh potensi waktunya semata, orang pintar bukanlah orang yang seperti robot pencetak uang, orang pintar bukanlah orang yang tidak pernah melihat lampu rumah dipadamkan, orang pintar bukanlah orang yang hampir tidak pernah bisa melihat matahari, orang pintar adalah orang selalu punya waktu untuk Allah dan untuk dirinya, sesibuk apapun dia, karena orang pintar menyadari sepenuhnya kewajibannya sebagai seorang abdi bagi Allah semata.

Orang pintar, selain dari potensi yang telah ada pada dirinya, juga memerlukan pengembangan dari potensinya. Sebagus apapun bibit yang ada, ketika tidak disemai ditempat yang layak, tidak disirami dengan kuantitas yang tepat, tidak dipelihara dan dijaga, tidak dipupuk, niscaya bibit unggul itu hanya tinggal cerita.

Pun demikian dengan kita, mungkin kita keturunan orang yang terpelajar, mungkin kita anak ustadz, mungkin kita mempunyai IQ yang tinggi, tapi ketika semua potensi yang ada tersebut ditelantarkan dengan alasan kesibukan cari uang dan aktivitas lainnya, niscaya keunggulan dan potensi yang kita miliki hanya sebatas kebanggaan semu.

Orang pintar adalah orang yang selalu punya waktu untuk dirinya, untuk belajar dan mengembangkan potensi yang dimilikinya, orang pintar selalu membuka mata dan pendengaran dan senantiasa meluangkan waktunya untuk belajar;

“Menuntut ilmu adalah fadhu yang diwajibkan sejak kita dalam buaian, hingga kita diantar keliang lahat”, dan hanya orang pintar sajalah yang mampu menggunakan waktunya untuk menambah wawasan dan ilmunya.


Wassalam

Maret 07, 2007

No comments:

Post a Comment