Tuesday, March 6, 2007

URGENSI “CLOSING”

Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah Swt yang telah menuntun dan memberikan kekuatan kepada kita untuk dapat menyelesaikan closing bulan maret tepat pada waktunya.

Closing yang hampir tiap akhir dan awal bulan, selalu saja mempunyai cerita tersendiri bagi kita. Kita harus lembur untuk mengejar deadline, data yang belum lengkap, dan masih banyak lagi cerita dan kisah yang mengiringi pekerjaan kita tiap closing, sampai begitu selesai closing, ada yang sakit segala.

Kenapa sih harus ada closing?

Secara inventory, closing berfungsi untuk mengetahui kuantitas dan nilai barang/inventory kita.

Secara marketing, closing berfungsi untuk mengetahui nilai penjualan kita.

Secara Accounting, closing dapat berarti pencatatan, penggolongan dan pengelompokan transaksi keuangan untuk dijadikan laporan untuk pihak-pihak yang berkepentingan, seperi manajemen atau pemegang saham.

Dalam laporan akuntansi dikenal beberapa jenis laporan, Laporan Rugi laba, untuk mengukur tingkat keuntungan yang kita dapat dibanding dengan biaya-biaya yang telah kita korbankan.

Selain itu juga ada laporan harta dan hutang (neraca) serta laporan arus kas.

Kenapa managemen dan pihak lain butuh laporan-laporan tersebut?

Laporan digunakan untuk evaluasi dan bahan pengambilan keputusan-keputusan keuangan.

Jika managemen, pemegang saham dan pihak-pihak lain demikian perlu “catatan kegiatan usahanya”, lalu seberapa pedulikah kita dengan catatan-catatan amaliah kita?

Kita, setiap harus menginvestasikan dan mengorbankan sumberdaya kita;

Pertama, kita mengorbankan dan menginvestasikan (menghabiskan) waktu kita, baik itu untuk ibadah, untuk bekerja, untuk tidur dan untuk berbagai aktivitas lainnya.

Kedua, kita juga menghabiskan energi/tenaga dan pikiran kita juga untuk beribadah, bekerja, tidur dan aktivitas lainnya.

Ketiga kita juga telah mengeluarkan uang dan sumberdaya yang kita miliki untuk aktivitas seperti diatas.

Pernahkah kita mencatat seberapa besar porsi waktu kita, tenaga dan pikiran kita serta uang kita untuk ibadah, untuk bekerja dan untuk aktivitas lainnya?

Kenapa kita harus melakukannya?

Seperti dalam penyusunan laporan keuangan diatas, pencatatan, pengelompokan aktivitas kita, akan sangat membantu kita untuk “menghisab” diri kita, sebelum kita benar-benar dihisab oleh Allah kelak.

“Hisablah dirimu, sebelum Allah menghisabmu”.

Waktu atau usia adalah sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan dihadapan Allah Rabbulizzati kelak.

“Untuk apa kau habiskan umurmu didunia?”

Apakah kita didunia ini hanya numpang tidur saja?
Apakah kita didunia ini hanya jadi pelengkap penderita saja?
Apakah kita didunia ini hanya jadi objek saja?
Apakah kita didunia ini hanya jadi penonton saja?
Atau kita tidak tahu sama sekali?

Kalau kita punya catatan bagaimana kita menghabiskan waktu/usia kita seperti misalnya;

Pukul 05.30 Pergi kemasjid – Shalat Subuh berjamah
Pukul 06.30 Pergi kekantor
Pukul 07.30 Shalat Sunnah Dhuha

Dan seterusnya, pada suatu titik, ketika kita menemukan ada waktu-waktu yang terbuang dan tersia-sia, unttuk tidur misalnya, kalau normal saja 8 jam kita tidur sehari, kita akan menghabiskan waktu kita 20tahun untuk masa hidup kita yang 60tahun misalnya, atau untuk mengkhayal, berandai-andai, umpama, ibarat,misal, atau kita hanya jadi pemimpi, kita akan segera mengetahui dan memperbaiki penggunaan waktu kita, sehingga kita tidak akan mengalami kerugian dalam laporan rugi/laba kita dari penggunaan waktu kita tersebut.

1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Kita, kata Allah, semuanya termasuk orang-orang yang merugi, jika kita hanya menghabiskan waktu kita untuk hal-hal yang melalaikan kita, kita hanya akan menjadi orang-orang beruntung ketika kita benar-benar cermat dan berhitung bagaimana kita menghabiskan waktu, hanya untuk beriman dan beramal shaleh.

Dengan catatan pembukuan amaliah kita yang tertata rapih, kita akan dengan mudah menemukan kejanggalan, dan segera melakukan “adjustment” apabila diperlukan, dan kita akan dengan segera bisa mengambil keputusan-keputusan amaliah mana yang memerlukan investasi dan pengorbanan waktu yang lebih banyak, serta mengurangi pos-pos atau akun-akun (dalam bahasa akuntansi) yang kira-kira kurang menguntungkan atau bahkan akan merugikan kita.

Catatan amaliah kita juga memungkinkan untuk lebih bijak dalam menghabiskan sumber-sumber daya yang kita miliki.

Waktu yang kita habiskan untuk tidur, untuk jalan-jalan, untuk hura-hura, sama saja, 24 jam bilangannya.

Waktu yang tersedia untuk ibadah, tafakur dan beramal shaleh juga 24jam bilangannya.

Bagaimana kita menghabiskan waktu untuk kedua jenis aktivitas diatas, jelas akan berbeda nilainya. Yang satu hanya bernilai sementara dan tidak menguntungkan, semetara aktivitas kedua menjanjikan pahala dan ampunan dan Yang Maha Esa.

Uang kita, akan habis untuk jajan, untuk makan atau untuk foya-foya. Uang kita juga akan habis untuk zakat, sedekah, menafkahi keluarga dan anak yatim. Kedua-duanya sama habisnya secara matermatis, tapi akan sangat berbeda secara “nilai”.

Uang yang kita belanjakan untuk foya-foya hanya menghasilkan lemak yang kemudian kita buang keesokan harinya.

Uang yang kita belanjakan untuk zakat, sedekah, beramal dan menafkahi keluarga serta anak yatim, merupakan investasi yang sangat potensial untuk menghasilkan keuntungan bagi kita, baik sekarang ketika kita didunia, lebih keuntungan diakhirat kelak.

Ada banyak kata “Kataba” dalam al qur’an yang diartikan oleh sebagian ulama “catatlah”. Sebuah perintah untuk mencatat, bukan hanya uang saja yang kita catat, tapi tabungan amal dan pahala kita juga merupakan item yang harus kita “Jurnal” setiap hari.

Jurnal, konon terambil dari bahasa arab “Jaradah” yang artinya catatan harian, kalau uang belanja kita catat, kalau uang transport kita catat, kalau keuntungan usaha kita catat, kalau hal-hal duniawi saja kita catat sedemikian rapih;

Akankah kita lalai untuk mencatat amal shaleh kita?

Sehingga ketika kita diminta pertanggung jawaban dimahkamah akhiret kelak, kita akan tergagap karena ketika kita didunia ini tidak pernah berhitung dan berpikir bagaimana menggunakan sumberdaya kita yang serba terbatas untuk menghasilkan keuntungan (pahala) yang sebesar-besarnya.

Sehingga ketika kita ditanya dari mana uang kita berasal dan kemana uang kita habiskan, kita akan tercengang ketika mendapati catatan amal kita banyak uang dan harta kita yang habis untuk memenuhi nafsu syahwat kita, sementara pos zakat, sedekah, dan jariyah, nyaris tak kebagian porsi.

Sehingga ketika ditanya, dimana umurmu dihabiskan, kita hanya akan tercengang manakala kita mendapati dalam catatan amaliah kita, waktu kita habis untuk maksiat dan berbuat dosa kepada Allah dan kepada manusia, sementara waktu untuk ibadah dan beramal shaleh nyaris tak pernah ada.

Akankah kita begitu? Just think about it!

Ingat, suatu saat dan pasti usia kita pun harus “Closed” dan pada saat itulah kita harus mempertanggungjawabkan transaksi-transaksi amaliah kita, apakah kita termasuk orang beruntung atau sebaliknya, malah kita rugi, karena ketidakmampuan dan kelalaian kita dalam menggunakan sumber daya yang ada.

Wassalam

Maret, 06, 2007

No comments:

Post a Comment