Saturday, August 16, 2008

ANOMALI ‘HARGA’


“Ki, dalam beberapa bulan terakhir ini, hampir semua harga bahan kebutuhan pokok naik semua, mulai dari beras, telur, minyak goreng, sayur mayur, semua naik, dan kondisi ini membuat sebagian orang panik dan stress, karena kenaikan harga-harga itu tidak sebanding dengan kenaikan pendapatan atau upah yang mereka terima............” Kata Maula menyikapi kenaikan harga kebutuhan pokok yang akhir-akhir ini melambung tinggi, nyaris tak terjangkau oleh daya beli masyarakat lapisan bawah.

Ki Bijak menghela nafas panjang mendengar penuturan Maula..” Entah apa yang tengah terjadi dengan bangsa ini, bangsa yang dikaruniai limpahan kekayaan alam dan potensi yang sedemikian besar, belum mampu memberikan yang terbaik bagi rakyatnya....., Aki yang awam ini, hanya bisa merasakan ada ‘sesuatu’ yang salah dengan bangsa ini...........” Kata Ki Bijak sesaat kemudian.

“Benar ki, minyak bumi kita punya, tambang emas berlimpah, kekayaan alam meruah, sumber daya laut yang dipenuhi dengan ikan dan mutiara, apalagi yang kurang dengan bangsa ini ya ki............” Maula turut prihatin.

“Nak Mas ingat dengan ayat 96 dalam surat Al A’raf.....?” Tanya Ki Bijak sejurus kemudian.

“Iya ki...”Jawab Maula sambil membacakan ayat dimaksud;

96. Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

“Benar Nak Mas, ayat itu jaminan dari Allah bagi kita, ‘Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi’, dan ketika yang terjadi kemudian sebaliknya, kita patut khawatir bahwa kita telah melalaikan peringatan Allah dalam akhir ayat diatas, bahwa bangsa ini telah mendustakan ayat-ayat Allah, bahwa bangsa ini, dan mungkin juga kita turut ambil bagian didalamnya, telah jauh dari aturan yang telah ditetapkan Allah sebagai pra-syarat turunnya berkah Allah dari langit dan bumi, sehingga kita bagaikan anak ayam mati kelaparan didalam lumbung padi..............” Kata Ki Bijak.

“Ironis sekali ya ki........” Kata Maula.

“Benar Nak Mas, bangsa ini tengah mengalami sebuah ironi, dan ironi yang sangat jelas terpampang dihadapan kita adalah ketika harga kebutuhan melambung tinggi, ‘harga diri’ sebagian masyarakat kita justru menukik drastis, terjun bebas tak terkendali.................” Kata Ki Bijak.

“Kita bisa dengan mudah menemukan mereka yang berdasi mahal, tapi harga dirinya tergadai dengan uang suap yang hanya lima puluh ribuan..”,

“Kita bisa dengan mudah menemukan mereka yang berjas mewah, ternyata harga dirinya tidak lebih dari setumpuk uang ratusan ribu..”,

“Kita bisa dengan mudah menemukan mereka yang naik turun BMW, tapi harga dirinya tidak lebih dari harga sebuah bajaj..”,

“Kita bisa menemukan dengan mudah, mereka yang berkantor dengan gedung mewah, tapi harga dirinya tidak lebih mahal dari mereka yang berkubang di kubangan sampah...”,

“Kita dengan mudah menemukan mereka yang merasa terhormat, ternyata harga dirinya bahkan lebih murah dari mereka yang tidak sekolah...., sebuah ironi besar, sebuah lelucon yang sangat tidak lucu...........” kata Ki Bijak lagi.

“Sementara disisi lain, masyarakat kalangan bawah, juga sudah mulai dijangkiti ‘penyakit malas’, sehingga mereka lebih senang menadahkan tangan meminta-minta dari pada berusaha untuk mendapatkan rezeki dengan lebih terhormat...” Kata Ki Bijak lagi.

“Iya ki, sekarang ini jumlah peminta-minta tambah banyak saja......” Kata Maula.

“Dan peminta-minta yang menjamur belakangan ini, bukan saja karena alasan keterbatasan fisik, bukan saja ketidakmampuan mereka bekerja, tapi lebih pada kesalahan mereka dalam mengambil contoh dan teladan, sehingga dengan enteng mereka mengatakan ‘pejabat saja masih minta-minta, apalagi rakyat jelata’, demikian ungkapan sebagian mereka......” Kata Ki Bijak

“Itukah alasan mengapa bangsa ini demikian terpuruk ki......?” Tanya Maula.

“Wallahu’alam Nak Mas, tapi jika kita meyakini kebenaran firman Allah diatas, sepatutnyalah kita segera berintrospeksi diri, baik sebagai sebuah bangsa, maupun kita sebagai pribadi..........” Kata Ki Bijak

“Kita sebagai pribadi ki.....?” Tanya Maula.

“Bangsa ini adalah kumpulan dari individu-individu, himpunan dari pribadi-pribadi, dan untuk mengubah sebuah bangsa, yang paling mungkin kita lakukan adalah dengan membenahi setiap pribadi yang ada didalamnya......,

“Contohnya kita ini Nak Mas......, mungkin sangat naif bagi kita untuk mengubah kondisi bangsa ini secara keseluruhan, karena memang kita tidak memiliki kemampuan dan kekuasaan untuk itu, tapi setidaknya kita bisa berperan untuk memperbaiki ketakwaan dan keimanan kita, kemudian keluarga kita, syukur kalau lingkungan kita, dan jika setiap pribadi dan individu mempunyai komitmen yang sama untuk memperbaiki keimanan dan ketakwaannya kepada Allah, insya Allah, kita sebagai bangsa dengan sendirinya akan ikut terkoreksi secara positif...............” kata Ki Bijak.

“Ki, kondisi sekarang ini khan sudah sedemikian parah ki, apakah mungkin dapat berubah hanya dengan perubahan per individu dan bukan dari atas ki..........” Kata Maula.

“Dalam kondisi ideal, perbaikan memang harusnya dimulai dari ‘atas’, sehingga lebih efektif, tapi kita tidak bisa menunggu kondisi ideal itu tiba tanpa melakukan apapun Nak Mas......,

“Kewajiban kita hanyalah melakukan yang terbaik yang kita bisa lakukan, selebihnya, serahkan semuanya pada Allah swt...., yang penting kita tidak hanya diam berpangku tangan dan berkomentar, kita harus melakukan sesuatu yang berharga untuk membuat perubaha........” kata Ki Bijak.

“Kita bisa mulai dari diri kita, perbaiki tauhid kita, perbaiki keimanan kita, perbaiki ketaatan kita, perbaiki ibadah kita, baru kemudian kita tularkan kepada anak, istri dan keluarga terdekat kita, insya Allah setiap perbaikan yang kita lakukan, sekecil apapun itu, tidak akan ada yang sia-sia disisi Allah swt........” kata Ki Bijak lagi.

“Jika Nak Mas seorang karyawan, maka jadilah karyawan yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt..., sesibuk apapun, ketika waktu shalat tiba, ya shalat dulu, jangan lupa zakatnya, pelihara rendah hatinya, perbaiki tutur kata dan perilakunya.........’

“Pun ketika kita sebagai pejabat RT misalnya, jadilah RT yang taat dan takwa kepada Allah, atau ketika kita menjadi pedagang, maka kita bisa berbuat sesuatu dengan memberi contoh pedagang yang beriman dan bertakwa, waktunya shalat ya kita shalat, ada keuntungan ya kita sedekah, ada lebihan lagi, ya untuk bayar zakat, insya Allah jika setiap kita melakukan hal terbaik sesuai dengan kemampuan kita, akan ada perubahan besar dalam konteks kita sebagai bangsa.......” Kata Ki Bijak lagi.

“Iya ki, semoga ana bisa memulainya dari sekarang, memulai perbaikan dari diri ana, keluarga dan insya Allah juga lingkungan ana.......” Kata Maula.

“Syukurlah Nak Mas, semoga Allah membimbing Nak Mas untuk melakukan hal terbaik bagi diri, keluarga dan lingkungan Nak Mas......” Kata Ki Bijak

“Amiin................” Kata Maula menutup percakapan.

Wassalam

April 15, 2008

No comments:

Post a Comment