Saturday, August 16, 2008

DARI GENTING YANG DIATAS

“Alhamdulillah Ki, sampai kemarin sudah sampai pada tahap pemasangan genting, insya Allah beberapa hari kedepan, pembangunan pondok ini akan rampung............” Kata Maula menjawab pertanyaan Ki Bijak mengenai pembangunan Pondok pesantren

“Syukurlah, semoga pembangunannya segera rampung dan bisa segera digunakan untuk belajar santri......” kata Ki Bijak.

“Ki, Aki kemarin mengatakan bahwa setiap proses pembangunan ini mempunyai pelajaran dan hikmah yang dapat kita jadikan ibrah, kalau pemasangan genting ini, ibrah apa yang bisa kita ambil ki.........?” Tanya Maula.

“Beberapa waktu lalu, Aki pernah mengatakan bahwa genting bisa dianalogikan sebagai mereka yang berada diposisi ‘atas’, genting bisa merupakan analogi seorang pemimpin, genting juga bisa merupakan analogi seorang manager, seorang supervisor atau seseorang yang memiliki ‘kekuasaan’ dibidangnya masing-masing...........” Kata Ki Bijak.

“Lalu ki..............?” Kata Maula penasaran

“Nak Mas perhatikan lagi photo yang Nak Mas ambil kemarin ini, genting-genting ini berada pada posisi paling atas, dibawahnya ada rangkaian bambu atau kayu reng, kemudian disangga oleh tiang, kusen, dan juga pondasi, tanpa struktur yang memadai genting tidak akan bisa terpasang diposisi itu..........” kata Ki Bijak sambil menunjukan photo yang dimaksud.

“Benar ki, lalu apa kaitannya genting dengan seorang pemimpin ki.....?” Tanya Maula lagi.

“Karena keberadaan genting diposisi paling atas itu atas ‘jasa’ para penopangnya, maka genting ‘berkewajiban’ untuk melindungi bagian-bagian yang dibawahnya agar tidak terkena air hujan dan sengatan panas matahari......”

“Begitupun dengan mereka yang memiliki jabatan atau posisi diatas, katakanlah seorang manajer, seorang manager berada diposisinya karena ia ditopang oleh staff-nya, ditopang oleh supervisornya, ditopang oleh asistennya, maka sang manager harus mampu melindungi para bawahanya dari berbagai hal, baik itu ketika para bawahan itu mendapat tekanan dari pihak luar, atau ketika anak buahnya menghadapi berbagai permasalahan dalam pekerjaannya, sang manager harus mampu menjadi ‘pelindung bagi mereka’..........” Kata Ki Bijak

“Tapi Ki, yang banyak terjadi adalah ketika divisi manager itu mendapat penghargaan, maka manager-lah yang pertama mendapat appresiasi dan pujian, sebaliknya ketika divisinya mendapat sorota, kebanyakan para manager itu buru-buru cari kambing hitam, biasanya mereka cenderung menyalahkan anak buahnya............” kata Maula

“Manager seperti itu ibarat genting bocor Nak Mas..., air yang merembes dari genting yang bocor, serta panas yang masuk dari sela-sela genting bocor, dalam waktu tertentu akan merusak reng, akan merusak kusen, akan merusak tiang penyangga, dan ketika tiang, kusen dan reng penyangga itu lapuk dan rusak, maka genting pun akan terkena imbasnya, genting akan jatuh bersamaan runtuhnya bagian-bagian dibawahnya..........” kata Ki Bijak.

“Pun demikian halnya dengan tipe manager yang kalau bagus karena saya, kalau jelek, anak buah, lambat-laun, anak buah yang senantiasa menjadi kambing hitam ini rapuh dan lapuk, sehingga tidak mampu lagi menunjang aktivitas sang manager, dan pada gilirannya, manager itu akan terkena imbas dari merosotnya kinerja anak buahnya, dan akhirnya ia pun jatuh bersama dengan para penyangganya............” Kata Ki Bijak lagi.

“Iya ya ki, seandainya seorang manager mau berbagi suka duka dengan para anak buahnya, pasti anak buahnya juga akan dengan senang hati membantunya, dan itu artinya kompetensinya sebagai seorang manager juga akan menjadi baik ya ki...............” Kata Maula.

“Itu tipe manager atau pemimpin yang ideal Nak Mas, dan memang tipikal pemimpin atau manager seperti ini, akan sangat sulit dan jarang bisa kita temui....” Kata Ki Bijak

“Ki, adakah kerancuan kondisi bangsa ini karena kurangnya tipikal pemimpin yang mampu mengayomi seperti halnya genting ki............” Kata Maula setengah bertanya.

Ki Bijak tersenyum, “Nak Mas lebih tahu dari Aki jawaban yang lebih tepat untuk pertanyaan tadi..........” kata Ki Bijak.

“Iya ki, lalu bagaimana kita melakukan perbaikan terhadap kondisi sekarang ini ki.........” Tanya Maula.

“Nak Mas, jika kita menemukan lantai ini basah akibat adanya genting yang bocor, atau kusen dan reng yang lapuk, maka treatmen-nya adalah bukan hanya dengan mengelap dan mengeringkan lantai yang basah,atau dengan mengganti kusen dan reng yang lapuk tadi, tapi yang jauh lebih baik adalah dengan memperbaiki atau mengganti penyebab lantai basah dan lapuknya kusen dan reng, yaitu dengan mengganti genting yang bocor dan rusak itu....,

“Pun ketika terjadi kerusakan ditengah-tengah masyarakat kita, bukan hanya akar rumput yang terus digoyang untuk diperbaiki, bukan hanya rakyat kecil yang dituntut untuk mengerti kebijakan para pemimpin, bukan hanya wong cilik yang harus bisa nrimo, alangkah lebih bijak jika kerusakan itu diperbaiki dengan cara menata kembali genting-genting yang bocor diatas sana, atau kalau perlu dengan mengganti para pemimpin yang tidak mampu menjadi pengayom masyarakat, mengganti mereka yang hanya bisa mengklaim kebaikan, tapi enggan mengakui kelemahan dan kekurangannya, mengganti mereka, para pemimpin yang selalu mencari kambing hitam atas ketidakmampuannya dalam mengemban amanah yang dipikulnya........” Kata Ki Bijak dengan nada yang sedikit lain dari biasanya.

“Iya ya ki, betapapun kita terus menerus membersihkan dan mengepel lantai yang basah, atau kita mengganti kusen dan reng yang lapuk, tapi selama genting yang rusaknya tidak pernah dibenahi, tetap saja lantai ini akan basah dan kotor lagi serta kusen dan reng akan cepat rusak dan lapuk lagi...........” kata Maula.

“Ya, seperti itu kira-kira Nak Mas............., disetiap lini kehidupan, seorang pemimpin harus mampu berperan seperti genting, sebagai seorang kepala keluarga, seorang ayah atau seorang suami, harus mampu mengayomi dan melindungi keluarganya dari berbagai gangguan, baik itu gangguan secara fisik, terlebih gangguan terhadap akidah keluarga kita......” kata Ki Bijak.

“Sebagaimana Nak Mas maklum, dijaman kita kini, banyak sekali virus-virus kemungkaran bertebaran disana sini, mulai dari tontonan yang kurang mendidik, lingkungan yang juga tidak steril dari kuman akidah, dan masih banyak lagi hal-hal yang dapat merusak dan melapukan akidah keluarga kita, dan kita selaku pemimpin, harus mampu menutup semua ruang masuk bibit-bibit kemunkaran itu dengan baik dan bijak..........” kata Ki Bijak lagi.

“Pun ketika suatu saat nanti, insya Allah, Nak Mas dikarunia jabatan atau wewenang yang lebih besar, filosofi genting sebagai pemimpin harus tetap Nak Mas jaga dan junjung tinggi, jangan melupakan pondasi, jangan lupakan kusen, tiang dan reng penyangga yang telah mengantar Nak Mas berada diatas.......” kata Ki Bijak.

“Insya Allah ki................” Kata Maula, sembari mengamati lagi photo dihadapannya, tampak terlihat para tukang tengah menata genting dibagian paling atas bangunan pondok, agar genting itu mampu menutupi dan menjadi pelindung bagi struktur bangunan dibawahnya.

Maula nampak tersenyum simpul manakala menyadari gambar yang diambilnya kemarin, memberinya tambahan hikmah, ia kemudian teringat sebuah ayat dalam surat Ali Imran;

26. Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

“Ya Allah....., Engkau yang meninggikan derajat genting-genting itu, dan hanya Engkau pula yang akan menjadikannya hancur luluh berantakan, semoga Engkau karunia hamba sebuah kearifan dalam menjalani takdir_Mu...........” Maula memohon kepada Rabb_nya.

“Amiiin..........” Imbuh Ki Bijak.

Wassalam

Maret 26, 2008

No comments:

Post a Comment