Saturday, August 16, 2008

BELAJAR DARI LUMUT DIBEBATUAN


“Nak Mas jadi mengantar Dinda liburan dikampung.........?” Tanya Ki Bijak pada Maula.

“Insya Allah jadi ki....., mungkin minggu depan......” Kata Maula.

“Semoga liburannya menyenangkan ya Nak Mas..............” Kata Ki Bijak dengan nada sedikit berat.

Maula nampak sedikit heran dengan perubahan mimik muka gurunya, “Kenapa Ki......?” Tanya Maula sejurus kemudian.

“Iya Nak Mas, bagi sebagian orang, liburan adalah momen yang mungkin sangat ditunggu-tunggu, tapi bagi sebagian lain, liburan dan tahun ajaran baru merupakan sesuatu yang sangat membingungkan.......” Kata Ki Bijak.

“Kenapa ki....?’ Tanya Maula, belum sepenuhnya mengerti apa yang dikatakan gurunya.

“Bagi mereka yang memiliki kecukupan uang, mungkin liburan dijadikan momentum untuk mengajak anak-anaknya berlibur keberbagai tempat, dan mereka pun telah jauh-jauh hari sudah menyiapkan peralatan sekolah anak-anaknya untuk memasuki tahun ajaran baru.....”

“Tapi disisi lain, mereka yang tidak memiliki uang yang cukup, liburan menjadi sebuah ‘beban’, disatu sisi para orang tua sangat mengerti keinginan anak-anaknya untuk bisa berlibur seperti anak-anak yang lain, sementara disisi lain, keadaan ekonomi mereka sama sekali tidak memungkinkan untuk itu, sebagai orang tua, Aki mengerti dan merasakan beban mereka, karena bagaimana pun, setiap orang tua pasti ingin anak-anak bahagia..........” Kata Ki Bijak.

“Dan yang membuat Aki sedikit prihatin sebenarnya bukan masalah liburan itu Nak Mas.......” Kata Ki Bijak.

“Lalu apa ki.....?” Tanya Maula.

“Kemarin Aki sempat bertemu dengan seorang guru sekolah dasar dikampung sebelah, beliau mengatakan bahwa ada beberapa anak didiknya yang tidak mampu membeli pakaian seragam dan peralatan untuk sekolah, karena penghasilan orang tuanya sangat minim, seragam yang dikenakannya selama ini adalah ‘sisa’ seragam hasil pemberian dari orang lain, Aki sangat trenyuh mendengarnya Nak Mas, sementara orang lain berlomba menghabiskan uang untuk berlibur, disisi lain, masih ada saudaranya yang bahkan tidak mampu membelikan perlatan sekolah dan seragam anaknya, bukankah ini sebuah ironi Nak Mas.......?’ Kata Ki Bijak lagi.

Maula nampak menghela nafas panjang, ia pun ikut larut dalam keprihatinan yang tengah dirasakan oleh gurunya; “Iya ki, ana pun masih sering melihat anak-anak sekolah dikampung dengan peralatan dan pakaian yang sangat kurang layak, pakaiannya lusuh, sepatunya tambal sulam, dengan buku yang juga tak memadai........” Kata Maula.

“Mungkin Nak Mas bisa melakukan sesuatu untuk sedikit membantu mereka.....?” Tanya
Ki Bijak.

“Apa yang bisa ana bantu ki........?” tanya Maula tanggap.

“Begini Nak Mas, disamping gerakan infaq harian yang sekarang sudah berjalan, mungkin Nak Mas juga bisa mengajak dan menggugah rekan-rekan Nak Mas dikantor untuk menyumbangkan pakaian seragam dan sepatu layak pakai bekas anak-anaknya, atau buku-buku pelajaran, buku paket yang masih bisa dipakai...., Nak Mas bisa mengumpulkan pakaian seragam dan buku-buku itu untuk kemudian Nak Mas salurkan berbarengan dengan penyaluran dana infaq itu.......?” Kata Ki Bijak penuh harap.

“Benar juga ya ki, daripada pakaian dan buku paket itu tidak terpakai, lebih baik disumbangkan kepada yang lebih membutuhkan ya ki.......” Kata Maula.

“Iya Nak Mas, kalau rekan-rekan Nak Mas dikantor insya Allah mampu membelikan baju seragam dan buku paket baru bagi putra-putrinya, dan Aki fikir hal itu bukanlah sesuatu yang berat untuk dilakukan, selain tentu akan mendapatkan imbalan pahala dari sisi Allah swt karena keikhlasannya berbagi dengan sesamanya.....” Kata Ki Bijak.

“Iya ki, insya Allah ana akan sampaikan kepada rekan-rekan, semoga Allah meringankan ana dan rekan-rekan untuk melakukannya ya ki.........” Kata Maula.

“Syukurlah Nak Mas, sekecil apapun kebaikan yang kita lakukan, pasti akan mendapatkan balasan yang sepadan dari Allah swt, Nak Mas harus membiasakan diri untuk menjadi motor dan pelopor dari setiap kebaikan, seperti lumut yang menjadi perintis bagi tumbuhnya tanaman lain sesudahnya........?” Kata Ki Bijak.

“Seperti lumut ki......?” Tanya Maula.

“Nak Mas perhatikan lumut-lumut dibebatuan itu......., lumut mampu tumbuh dibebatuan yang keras sekalipun, sementara tumbuhan lain tidak bisa melakukannya, kemudian setelah lumut itu tumbuh dibebatuan, tanaman lain pun akan bisa tumbuh dibatu yang sudah ditumbuhi lumut-lumut itu, meski pada akhirnya lumut-lumut itu tidak akan kelihatan lagi setelah tanaman diatasnya menutupinya........” Kata Ki Bijak.

“Artinya apa ki......?” Tanya Maula.

“Menjadi pelopor sebuah kebajikan itu memang berat Nak Mas, karena kita harus meyakinkan orang untuk bisa berbuat yang sama dengan kita, tidak jarang kita bertemu dengan orang yang berseberang dan berbeda pendapat dengan kita, tidak jarang kita bertemu dengan orang yang keras seperti batu....,tapi itulah seninya, sebagaimana lumut itu, Nak Mas harus tetap bisa tumbuh menjadi pelopor dan perintis untuk tumbuhnya kebajikan-kebajikan lain setelahnya......”

“Nak Mas jangan pernah fikirkan jika setelahnya upaya yang Nak Mas rintis itu tidak lagi kelihatan lagi dimata orang lain, karena sudah banyak orang yang melakukannya, tidak masalah, karena niat awal Nak Mas adalah mencari ridha Allah, bukan mencari pujian orang lain.........” Kata Ki Bijak.

“Iya ki......, insya Allah ana selalu berusaha untuk meluruskan niat ana minnallah dan ilallah, dari Allah dan untuk Allah saja ki, dan semoga pula ana bisa mengajak dan menggugah rekan-rekan yang lain untuk melakukan ide Aki tadi ki.......” kata Maula.
“Iya Nak Mas, hanya sebatas itu yang bisa Aki lakukan, Aki belum mampu berbuat banyak untuk merealisasikan apa yang Aki fikirkan karena keterbatasan Aki, makanya Aki bersyukur ketika Allah mengirim Nak Mas kesini, mungkin inilah wasilah dari Allah untuk menjembatani harapan-harapan Aki untuk perbaikan umat, melalui Nak Mas dan rekan-rekan yang memiliki sarana dan kemampuan materi yang lebih baik dari Aki................” Kata Ki Bijak.

“Ana pun bersyukur sekali ki, ana bersyukur karena diberi amanah dan kepercayaan dari Aki untuk melaksanakan harapan-harapan Aki, yang insya Allah sejalan dengan niat ana belajar disini........”Kata Maula.

Ki Bijak tersenyum, ia sangat bersyukur dipertemukan Allah dengan seorang murid yang mau belajar dan bekerja, sementara Maula pun tersenyum bangga dikarunia guru yang bijaksana.............

Wassalam

June 25, 2008

2 comments:

  1. subhanallah, bener2 kata2 yang bijak, tak terasa sampe netes airmata gan...
    izin tuk copas gan...

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah...silahkan akhi...., semoga bermanfaat

    ReplyDelete