“Nak Mas melihat sesuatu yang menarik dari ramainya lalu lintas tadi......?” Tanya Ki Bijak menanggapi cerita Maula mengenai lalu lintas yang padat setiap harinya.
“Apa ya ki, selain bising dan polusi, ana tidak ‘melihat’ apapun ki.......” Kata Maula.
Ki Bijak tersenyum...” Nak Mas perhatikan lagi, dari sekian banyak kendaraan yang berlalu lalang dijalan raya, masing-masing mereka memiliki tujuan yang berbeda-beda, ada yang hendak kekantor, ada yang hendak jalan-jalan, ada yang hendak mengantar barang dan masih banyak tujuan-tujuan lainnya......” Kata Ki Bijak
“Lalu ki.....?” Tanya Maula.
“Lalu, selain tujuan yang berbeda, para pengendara itu juga memiliki cara dan karakter yang berbeda-beda pula, ada yang ugal-ugalan, ada yang ngebut, ada yang pelan dan masih banyak cara mereka berkendara, bahkan kita juga sering berpapasan dengan kendaraan yang berbeda arah dengan kita.........” Kata Ki Bijak
“Ya ki............” Kata Maula lagi sambil berupaya memahami arah pembicaraan Ki Bijak.
“Pun dalam kehidupan kita Nak Mas, setiap kita memiliki tujuan hidup yang berbeda-beda, ada yang ingin menjadi orang kaya, ingin jadi pejabat, ingin jadi pengusaha, ingin ini dan itu, bahkan tidak jarang kita dipertemukan dengan mereka yang memiliki tujuan dan pandangan hidup yang berbeda dengan kita......” Kata Ki Bijak.
“Benar ki, setiap orang memiliki tujuan dan pandangan hidup yang berbeda, seperti halnya perbedaan yang nampak diantara lalu lalangnya kendaraan dijalan raya....” Kata Maula mulai sedikit memahami arah pembicaraan gurunya.
“Yang lebih menarik dari perbedaan-perbedaan itu bagi Aki adalah bagaimana cara mereka sampai ketujuan dan siapa saja yang pada akhirnya tiba ditempat yang dituju.........” Kata Ki Bijak
“Nak Mas perhatikan, tidak semua pengendara dan orang yang lalu lalang dijalan itu bisa tiba ditujuan sesuai dengan apa yang direncanakannya, ada yang datang terlambat karena kendaraannya rusak, ada yang terlambat karena laju kendaraannya terhambat macet, ada yang harus memutar, bahkan ada yang sama sekali tidak pernah sampai ditempat yang ditujunya karena kecelakaan dan meninggal..........” Kata Ki Bijak.
“Benar Ki............., mereka yang sampai ketempat tujuan, secara syariat biasanya adalah mereka yang memiliki tujuan yang sudah jelas, mereka sudah hafal atau setidaknya sudah mengetahui rute yang hendak dilalui, mereka juga menaiki kendaraan yang baik kondisi mesinya, remnya terjaga, mereka juga berkemudi dengan baik, mematuhi rambu-rambu yang telah ditetapkan serta tentu dengan kehati-hatian yang sangat tinggi......” Kata Maula
“Demikianpun dengan kehidupan kita Nak Mas, agar kita dapat tiba ditempat yang kita tuju, secara syariat kita pun harus mengetahui tujuan hidup kita, Nak Mas masih ingat ayat Allah yang menyatakan untuk tujuan apa kita diciptakan......?” Tanya Ki Bijak.
“Ya ki, Allah menciptakan manusia semata untuk mengabdi kepada_Nya.....” Kata Maula sambil membacakan ayat ke 56 dari surat Ad-dzariyat;
56. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
“Nak Mas benar, Allah menciptakan kita, manusia, semata untuk mengabdi kepada_Nya, dan kenapa sekarang ini banyak orang tersesat dan tidak pernah sampai pada pengabdian yang total kepada Allah, adalah karena sebagian kita sudah mulai lupa dengan tujuan hidup kita yang semestinya, sebagian dari kita sekarang ini justru sudah menjadikan kehidupan dunia ini sebagai tujuan, sehingga mereka berlomba-lomba mengejar dunia, mengejar gemerlap dunia dan kemewahannya, sehingga mereka silau dengan kilauan dunia fana ini, dan Nak Mas tahu apa akibatnya ketika kita berkendara, sementara mata kita silau oleh sinar yang tajam......?” Tanya Ki Bijak.
“Tentu kita kaget ki, dan pandangan mata kita menjadi gelap karenanya.......” Kata Maula.
“Dalam kehidupan kita pun demikian Nak Mas, ketika kita kaget dan mata hati kita gelap karena silau oleh gemerlap dunia, kita kerap banting setir, dan tidak jarang kita justru terperosok kedalam jurang yang dalam, banyak sudah mereka yang silau oleh gemerlap dunia ini, kemudian banting stir dan gelap mata, menghalalkan segala cara untuk mencapai apa yang dianggapnya benar, mereka lupa pada tujuan awal mereka untuk menjadi pengabdi Allah semata, mereka kemudian justru berbelok menjadi pengabdi-pengabdi harta, penyembah berhala-berhala modern, uang, mobil pangkat dan kedudukan............” Kata Ki Bijak.
“Iya ya ki, ana sering menyaksikan mereka lebih mementingkan mencuci motor atau mobilnya daripada mendahulukan panggilan adzan yang berkumandang, ana juga sering menyaksikan mereka lebih tunduk dan hormat kepada atasan, sementara ketika ruku’ dan sujud mereka nampak ogah-ogahan........” Kata Maula.
“Berhati-hatilah jika penyakit semacam itu menghinggapi kita Nak Mas, karena sekali kita silau dan kaget, kita sangat mungkin akan terperosok kedalam jurang kehancuran.......” Kata Ki Bijak.
“Lalu seperti yang Nak Mas katakan tadi, bahwa mereka yang selamat sampai tujuan adalah mereka yang mentaati rambu lalu lintas dan berhati-hati dalam berkendara.......?” Kata Ki Bijak.
“Benar ki..........” Kata Maula.
“Agama ini adalah sekumpulan rambu-rambu yang mengatur dan mengarahkan kita kepada jalan yang lurus untuk mencapai tujuan kita, Allah menurunkan Al qur’an ini bukan hanya untuk dijadikan pajangan atau jimat dengan menempatkannya didalam almari atau tempat lain tanpa pernah disentuh apalgi dibaca, Allah menurunkan al qur’an untuk dibaca, dipahami dan diamalkan, dan barang siapa mengikuti rambu-rambu yang telah ditetapkan Allah dalam al qur’an, dan menjalaninya dengan penuh kehati-hatian, maka ia akan selamat sampai pada tujuan.......”
“Sebaliknya, mereka yang mengabaikan rambu-rambu al qur’an, mereka yang melanggar apa yang dilarangnya dan tidak menghiraukan apa yang dianjurkannya, niscaya ia akan mengalami ‘kecelakaan’, karena sangat mungkin ia akan berbenturan dengan pengendara lain atau bahkan terjerumus kedalam lubang kehancuran karena kelalaian dan kecerobohannya...........” Kata Ki Bijak lagi.
“Iya ki, dari sekian juta umat islam, mungkin hanya segelintir orang saja yang masih mengindahkan rambu-rambu al qur’an sekarang ini.........” Kata Maula
“Untuk itu, mari kita mencoba menjadi ‘segelintir orang’ yang mengindahkan rambu-rambu al qur’an itu Nak Mas, dalam segala hal, Nak Mas jangan sampai lepas dari tuntunan al qur’an, baik itu ketika Nak Mas melakukan kasab duniawi, terlebih dalam menjalankan ibadah dan pengabdian Nak Mas kepada Allah swt.....” Kata Ki Bijak.
“Insya Allah ki................” Kata Maula
“Masih banyak yang dapat kita pelajari dari hilir mudik dan ramainya kendaraan dijalan raya Nak Mas, buka mata hati Nak Mas dan lihatlah lagi hilir mudik kendaraan itu, bagaimana kadang kita harus berputar untuk menghindari kemacetan, bagaimana kita harus mampu melihat beberapa kendaraan didepan kita, bagaimana kita harus mengemudikan kendaraan kita, dan masih banyak lagi pelajaran yang berharga untuk kita ambil dari sana........” Kata Ki Bijak.
“Iya ki............, ya Allah untuk inikah Engkau menempatkan hamba ditempat kerja yang lebih jauh dari rumah, agar hamba bisa memahami arti dan makna kehidupan ini dari arus lintas yang tiap hari hamba lalui........” Kata Maula sambil menerawang.
“Tidaklah Allah menempatkan Nak Mas kerja ditempat yang lebih jauh menurut Nak Mas, tanpa ada maksud yang jelas didalamnya, dan Nak Mas insya Allah sudah menemukan salah satu hikmah kenapa Nak Mas bekerja ditempat kerja yang sekarang...........” Kata Ki Bijak.
“Ya Allah, tempatkan hamba ditempat yang Engkau berkati, dan Engkau sebaik-baik yang memberi tempat..........” kata Maula memohon kepada Allah sambil membaca Surat ke 23 ayat 29;
29. Dan berdoalah: Ya Tuhanku, tempatkanlah Aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah sebaik-baik yang memberi tempat."
Wassalam
April 20, 2008
No comments:
Post a Comment