Tuesday, August 19, 2008

PENTINGNYA MENJAGA FITRAH

“Iya Nak Mas, Aki pun mendengar berita itu........” Kata Ki Bijak mengomentari cerita Maula tentang kekejaman seorang anak manusia yang ‘tega’ menghilangkan nyawa orang lain tanpa hak.

“Kenapa ada orang yang seperti itu ki...........?” Tanya Maula.

“Aki tidak tahu persis Nak Mas, tapi boleh jadi kenyataan ini adalah pembenaran dari apa yang ditulis Iman Ghazali bahwa dalam diri manusia terdapat perpaduan antara sifat-sifat Ilahiyah, seperti sifat kasih sayang, mencintai, menolong sesama, sabar dan lainnya, kemudian sifat-sifat syaitoniyah, seperti sombong, ujub, takabur, dan ingkar, kemudian lagi ada sifat bahimiyah, yaitu sifat-sifat dan nafsu kehewanan, seperti tidak tahu malu, rakus, serakah dan tamak, serta Sabaiyah, sifat-sifat kebuasan layaknya binatang buas........” Kata Ki Bijak.

“Lalu ki........?” Tanya Maula.

“Keempat sifat yang ada dalam diri kita ini, setiap hari dan setiap saat ‘bertempur’ untuk menjadi siapa yang paling dominan, ketika sifat-sifat Ilahiyah kita menang dan menjadi dominan dalam diri kita, maka kita akan menjadi seorang manusia yang baik, menjadi manusia yang memiliki sifat sabar, menyayangi, dermawan, serta sifat-sifat luhur lainnya.............”

“Sementara ketika sifat-sifat Ilahiyah kita terdesak oleh ketiga sifat lainnya, maka ketiga sifat ‘jahat’ itu akan menampilkan wajah manusia dalam tampilan yang menyeramkan, karena manusia yang sudah didominasi oleh ketia sifat itu akan tampil dengan perpaduan syetan, hewan dan binatang buas, naudzubillah..............” Kata Ki Bijak.


“Naudzubillah......., mengerikan sekali ya ki, ketika sifat sombong, takabur, ingkar berpadu dengan keserakahan dan kebengisan.........., manusia bisa ‘lebih berbahaya’ dari mahluk Allah manapun..........” Kata Maula sambil bergidik ngeri, membayangkan ada manusia bertipe seperti itu.

“Karenanya Nak Mas, kita harus benar-benar menjaga fitrah kemanusiaan kita dengan memperkuat dan mengembangkan sifat-sifat Ilahiyah kita agar tampil dominan dan menjadi ciri dan karakter kita sebagaimana manusia..............” Kata Ki Bijak.

“Bagaimana cara memperkuat dan mengembangkan sifat-sifat ilahiyah kita ki.............?” Tanya Maula.

“Secara lahiriah, kita harus melatih fitrah kemanusiaan itu secara benar dan kontinyu, yang dalam hemat Aki metode latihan untuk memperkuat fitrah ilahiyah kita itu sudah terangkum dalam rukun islam yang Allah syariatkan untuk kita kerjakan Nak Mas........” Kata Ki Bijak.

“Maksud Aki, Syahadat, Shalat, Zakat, Shaum dan pergi ketanah suci merupakan sarana pelatihan untuk menghidupkan dan mengembangkan sifat ilahiyah kita ki....?” Tanya Maula.

“Benar Nak Mas, syahadat atau pengakuan kita terhadap eksistensi Allah sebagai satu-satu Ilah yang wajib disembah dan diibadahi, yang tertanam kuat dalam hati seseorang, akan melahirkan kekuatan yang luar biasa untuk ‘mengalahkan’ ketiga sifat lainnya, pun demikian dengan shalat kita, shalat yang didirikan secara benar, akan mampu menjadi proteksi dari perbuatan keji dan munkar bagian orang yang menegakan shalatnya, Nak Mas masih ingat ayatnya..........?” tanya Ki Bijak.

“Ya ki...............” Kata Maula sambil mengutip ayat dimaksdu;

45. Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

“Nak Mas benar, itu ayatnya............” kata Ki Bijak.

“Ki, orang yang sedang kita bicarakan ini katanya guru ngaji dikampungnya, mestinya kan dia juga shalat ki, tapi kenapa justru dia berbuat seperti itu ki...........?” Tanya Maula.

Ki Bijak tersenyum mendengar penuturan Maula, “Nak Mas, kualitas shalat seseorang, yang mampu mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar, tidak bisa diukur dari apakah ia seorang guru ngaji atau seorang kyai sekalipun, kualitas seseorang, secara lahiriah akan dapat dilihat dari bagaimana nilai-nilai shalat itu ‘hidup’ dalam keseharian orang yang mendirikannya, terlepas apakah ia seorang guru ngaji, ustadz atau apapun sebutanya....”

“Bisa jadi mereka yang kita lihat ‘bukan siapa-siapa’, tapi mereka sangat takut kepada Allah dengan menjaga waktu shalatnya, takut kepada Allah dengan menjaga tingkah lakukany, takut kepada Allah dengan menjaga lidahnya dari perkataan dusta dan sia-sia, mereka itulah yang sebenarnya sudah mendirikan shalat dengan benar, dan insya Allah mereka akan mendapati apa yang Allah janjikan bahwa shalatnya akan mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar...............” Kata Ki Bijak.


“Jadi kita harus hati-hati ya ki, kalau kita sudah shalat, tapi kita masih sering berkata dusta, masih sering ngomongin orang, masih sering merasa iri pada orang lain, atau masih sering melakukan hal-hal yang dilarang Allah...............” Kata Maula.

“Benar Nak Mas, kita harus merasa khawatir dan segera instrospeksi shalat kita ketika hal tadi masih sering kita rasakan...............” kata Ki Bijak.

“Bagaimana halnya dengan shaum dan zakat, yang mampu menumbuhkan dan memperkuat fitrah insani kita ki..................?” Tanya Maula, menyambung penjelasan diatas.

“Salah satu nilai tertinggi dari shaum dan zakat adalah adalah keduanya mendidik kita untuk mampu berempati dengan sesama kita dengan berbagi apa yang Allah karuniakan kepada kita, kita dilatih untuk menjadi penyabar, penyantun, penyayang, pemberi dan dermawan, dan mereka yang ‘lulus’ dalam pelatihan ini, insya Allah akan memiliki kekuatan sifat-sifat ilahiyah dalam dirinya, karena dia mampu meneladani sifat rahman rahim_nya Allah, mereka juga mampu meneladi sifat-sifat sabar dan penyantunnya Allah, dan ini adalah latihan yang paripurna bagi mereka yang ingin ‘memenangkan’ sifat ilahiyahnya atas ketiga sifat lainnya............” Kata Ki Bijak.

“Akan halnya dengan ibadah haji ki............?” Tanya Maula lagi.

“Benar Nak Mas, salah satu nilai yang terkandung dalam ibadah haji adalah apa yang diajarkan dengan syariat wukuf padang Arofah, kata Arofah ini, menurut sebagian ulama bermakna Arofa, ya’rifu, Arifin, Makrifat......, yang bisa berarti tahu atau mengenal Allah yang kemudian mampu berbuat arif dan bijaksana, jadi tidak mungkin orang yang haji bener, tapi masih melakukan maksiat, dan bukankah ini juga sebuah latihan yang baik untuk peningkatan kualitas sifat ilahiyah kita Nak Mas, dengan mengenal Allah, dengan mengenal kebijakan-kebijakan_Nya.....” Kata Ki Bijak.

“Subhanallah, betapa sempurna syariat Allah ya ki....................” Kata Maula.


“Pasti sempurna Nak Mas, hanya kadang kitanya yang terlalu banyak menawar, dan cenderung sok tahu, sehingga kita lebih sibuk mencari dalih untuk menggugurkan kewajiban-kewajiban itu dari pada melaksanakan dan menemukan hikmahnya..................” kata Ki Bijak.

“Ya Allah, mudahkan hamba untuk menjalankan syariat_Mu, dan jauhkan hamba dari perbuatan keji dan munkar, serta jauhkan hamba dari kejahatan mahluk_Mu yang dhalim...................” Kata Maula, memanjatkan doa.

“Amiiiin............” Tambah Ki Bijak.


Wassalam



Juli 23, 2008

No comments:

Post a Comment