Saturday, August 16, 2008

SEDEKAH MEMBAWA BERKAH


“Nak Mas perhatikan vas bunga ini.......”Kata Ki Bijak menjawab pertanyaan Maula mengenai gerakan infaq harian yang tengah dirintisnya bersama rekan-rekan dikantor.


“Ya ki....” Kata Maula sambil memperhatikan vas bunga yang tengah dipegang gurunya.

“Nak Mas perhatikan kenapa vas bunga ini harus memiliki lubang dibawahnya.........” Kata Ki Bijak lagi.

“Agar air yang disiramkan tidak menggenang dan mengalir kebawah ki........” Kata Maula.

“Kenapa air yang disiramkan tidak boleh menggenang dan harus mengalir...?, bukankah kalau air ini tidak mengalir kita tidak perlu menyiram bunga ini tidak hari......?” Tanya Ki Bijak.

“Karena kalau airnya menggenang dan tidak mengalir, akan mengakibatkan pembusukan pada akar bunga ini dan pada akhirnya bunga ini akan mati ki......” Kata Maula.

“Nak Mas benar, air yang menggenang akan mengakibatkan akar bunga ini busuk dan akhirnya mati, pun demikian halnya dengan harta kita, uang yang kita dapatkan dari kasab kita, baik itu gaji atau laba dari hasil dagang, ibarat air yang yang kita siramkan kepada bunga di vas ini, dan agar harta kita tidak menjadi ‘busuk’ karena banyaknya harta yang menggenang, kita harus ‘mengalirkan’ harta itu kepada yang berhak menerimanya, sarananya bisa berupa zakat, bisa berupa sedekah, bisa berupa infaq dan lain sebagainya, insya Allah, dengan mengalirkan harta itu, harta kita akan tambah berkah, seperti mekarnya bunga di vas ini........” Kata Ki Bijak.

“Benar ki..., sayangnya masih banyak diantara kita yang masih enggan mengalirkan hartanya karena takut hartanya berkurang ki.......” Kata Maula.

“Nak Mas pernah lihat pak tani yang menebar benih disawah.....?” Tanya Ki Bijak.

“Iya ki.....” Kata Maula pendek.

“Seandainya pak tani itu takut padi dilumbungnya berkurang karena beberapa kilogram padinya dijadikan benih, niscaya padi yang dilumbung itu tidak akan bertambah dari hasil panen berikutnya......, tapi pak tani tahu bahwa untuk menghasilkan padi yang banyak, ia harus merelakan beberapa bagian dari padinya untuk disemai sebagai benih, dan Nak Mas tahu, dari sebutir benih yang disemai itu menghasilkan ratusan bahkan ribuan bulir padi, jauh lebih banyak dari apa yang pernah ditanamnya........” Kata Ki Bijak.

“Benarlah janji Allah yang akan melipat gandakan pahala sedekah ya ki.......” kata Maula.

“Allah pasti benar, Allah pasti tidak akan menyalahi janji_Nya, hanya kadang kita yang tidak sabar untuk menantikan janji itu, kita lebih sering berharap bahwa kita akan segera melihat buah dari apa yang kita tanam segera terlihat begitu benih disemai........” Kata Ki Bijak.

“Sekali lagi lihat dan perhatikan pak tani itu, sebelum ia memanen padinya, ia dengan telaten mengikuti proses demi proses, mulai ia menebar benih, mengairinya, memupuknya, menjaganya dari hama dan tikus, merawatnya agar tidak terganggu oleh rumput-rumput liar yang akan menggangu pertumbuhan tanaman padi.......” Kata Ki Bijak.

“Demikian halnya dengan apa yang sedang Nak Mas dan rekan-rekan rintis ini adalah ibarat benih yang telah disemai, dan seperti lazimnya kita bercocok tanam, benih yang telah disemai itu tidak bisa dibiarkan tumbuh sendiri tanpa ada upaya kita untuk memelihara dan menjaganya.......” Kata Ki Bijak.

“Pun demikian dengan infaq dan sedekah kita, kita harus ‘memeliharanya’ dengan keistiqomah, memupuknya dengan keikhlasan, dan menjaganya dari ‘liarnya’ perasaan riya yang sangat mungkin akan mempengaruhi ‘hasil’ yang akan kita tuai nantinya......” Kata Ki Bijak.

“Infaq dan sedekah yang dikeluarkan dengan ‘keterpaksaan’, tidak akan menghasilkan tangkai pahala seperti yang kita harapkan, bahkan hanya akan menimbulkan kerugian bagi kita....., infaq dan sedekah yang diiringi pamrih keduniawian dan riya, laksana batang padi yang mengering terserang hama, infaq dan sedekah yang dilakasakan hanya karena ikut-ikutan, laksana bulir padi yang tanpa isi.......” kata Ki Bijak lagi.

“Selama kita telah melaksanakan proses penanaman dengan baik dan benar, menjaga dan memeliharanya, Nak Mas tidak perlu cemas dan khawatir akan hasil yang Nak Mas tuai kelak, Allah menjanjikan balasan yang berlipat seperti sebutir padi yang menghasilkan berangkai-rangkai tandan padi yang menyenangkan pemilikinya.......” Kata Ki Bijak.

“Iya ya ki, selama ini ana juga masih sering berharap segera melihat ‘buahnya’,tapi justru ana sering ‘lupa’ untuk memelihara dan memupuk benih yang telah disemai......” Kata Maula.

“Bukan hanya Nak Mas yang memiliki harapan seperti itu, termasuk Aki pun masih merasakan hal-hal semacam itu, karenanya kita harus banyak belajar untuk memiliki sifat-sifat luhur dari pak tani, kita harus belajar banyak bagaimana pak tani dengan telaten memelihara tanamannya, memupuknya, menyianginya, mengairinya, menjaganya dari rumput-rumput liar dengan penuh kesabaran menantikan hingga tanamannya berbuah....”

“Insya Allah pun demikian halnya dengan tanaman amal kita, laksanakan saja syariatnya, jalankan infaqnya secara istiqomah, pupuk amalnya dengan keiklasan, insya Allah buah amal itu merupakan sebuah keniscayaan.......” Kata Ki Bijak.

“Iya ki, semoga Allah memberikan kemudahan kepada kami untuk tetap ikhlas dan istiqomah dengan kegiatan ini......” Kata Maula.

“Semoga Nak Mas, dan semoga pula kita bisa lebih memahami bahwa zakat, infaq dan sedekah bukan sekedar kewajiban, tapi juga merupakan sebuah ‘kebutuhan’, agar harta dan jiwa kita menjadi lebih ‘sehat’ dan berkah.......” Kata Ki Bijak.

“Iya ya ki, ternyata vas bunga yang kecil ini pun bisa memberi pelajaran yang banyak kepada ki..........”Kata Maula.

“Ya Nak Mas, bukan hanya dari vas bunga ini kita bisa belajar, kita pun bisa belajar dari berbagai hal, yang perlu kita lakukan hanyalah mengasah kepekaan kita terhadap apa yang kita lihat dan kita temukan disekitar kita.....”Kata Ki Bijak.

“Ki, bagaimana cara mengasah kepekaan itu ki, karena ana merasakan kepekaan ana masih lemah sekali....?’ Tanya Maula.

“Setiap orang memiliki cara yang berbeda Nak Mas, tapi ada cerita bagus yang mungkin bisa kita tiru untuk melatih kepekaan kita, agar kita mampu membaca apa yang tersirat disekitar kita.....” Kata Ki Bijak.

“Cerita apa itu ki....?” Tanya Maula.

“Suatu ketika Imam Syafi’i mengadukan kekurangannya dalam hal menghafal dan memahami pelajaran kepada gurunya, Syech Waki, sang guru kemudian mengatakan bahwa hal pertama yang perlu diperbaiki adalah membersihkan hati dari berbagai hal yang mungkin mengotorinya, karena ilmu adalah cahaya yang hanya akan menembus dinding-dinding hati yang bersih, sementara dinding hati yang gelap gulita karena karat dan dosa, akan sangat sulit disinggahi cahaya ilmu dan kebenaran...., karenanya Aki pun menganjurkan hal yang sama kepada Nak Mas, bersihkan hati Nak Mas, hati Aki juga, agar insya Allah hati yang bersih ini mampu menangkap ‘pesan’ dan pelajaran yang tersurat maupun tersirat disekitar kita........” Kata Ki Bijak.

“Dengan Dzikrullah ya ki......” Kata Maula.

“Benar, dengan Dzikrullah dan dengan menjaga hati ini dari sifat angkuh, ujub, sombong, takabur, dengki dan pendendam..., selain tentunya kita belajar dan bertanya pada sumber yang benar, insya Allah, siapapun yang mampu istiqomah menjalankannya, ia akan dikaruniai kepekaan yang baik untuk menerima pesan-pesan dari apapun disekitarnya......” Kata Ki Bijak.

“Ya ki, doakan ana menjadi orang yang pandai menjaga hati ini ya ki.....” Kata Maula.

“Insya allah Nak Mas..............” Kata Ki Bijak sambil menyambut uluran tangan Maula yang hendak pamitan.

Wassalam
June 18, 2008

No comments:

Post a Comment