Tuesday, August 19, 2008

BAABUL KHOIR

“Photo-photo siapa ini Nak Mas.....?” Tanya Ki Bijak demi melihat beberapa lembar photo anak-anak yang Maula bawa.

“Ooh ini ki, ini anak-anak di Musholla Baabul Khoir, dikampung sebelah.......” Jawab Maula.

“Kelihatannya banyak anak-anak yang ngaji disana Nak Mas.........?” Tanya Ki Bijak lagi.

“Alhamdulillah, anak-anak yang ngaji disana sekitar 40 orang lebih.............” Kata Maula.

“Alhamdulillah, tapi kelihatannya saling berhimpitan ya Nak Mas......?” Tanya Ki Bijak sambil mengamatai anak-anak ngaji yang berjubel.

“Benar Ki, musholla_nya baru setengah jadi, jendala dan pintunya belum terpasang, dan ruangannya juga sudah tidak mampu menampung jumlah santri yang mengaji disana, kasihan mereka ki.................” Kata Maula.

Ki Bijak menarik nafas dalam-dalam, sedikit prihatin mendengar cerita Maula, “Ada rencana pembangunan lagi untuk menyelesaikan dan memperluas musholla Nak Mas..........” Tanya Ki Bijak kemudian.

“Benar ki, ana kemarin silaturahim kesana, dan memang kebutuhan untuk menyelesaikan dan memperluas musholla ini sudah sedemikian mendesak, ana sempat ngobrol dengan ustadz pengasuh disana, dan beliau mengatakan harapan dan keinginannya untuk dapat segera melanjutkan pembangunan musholla ini, tapi ya itu tadi ki, masih terkendala dengan biaya......” kata Maula.

“Siapa pengasuh dan pengajar di musholla Baabul Khoir itu Nak Mas........” Kata Ki Bijak.

“Pak Ustadz Wagimin Ki................” Kata Maula.

“Ustadz Wagimin........sepertinya Aki pernah kenal dengan pak Wagimin, tapi Aki lupa dimana dan kapan.....” Kata Ki Bijak sambil mencoba mengingat-ingat.

“Pak Wagimin dulu bekerja sebagai juru masak disebuah restoran ki, tapi kemudian keluar karena restoran tempatnya bekerja, berubah menjadi tempat yang kurang baik, ada klub malam dan karoke segala, dan Pak Wagimin akhirnya keluar bekerja dari sana.............” Kata Maula.

“Oooh ya Aki ingat sekarang Nak Mas, dan bukankah beliau sekarang membuka warung Nak Mas.....?” Tanya Ki Bijak.

“Benar ki, sekeluarnya dari tempat kerja lama, Pak Wagimin membuka warung, beliau memiliki beberapa warung soto pada awalnya, tapi sekarang tinggal satu gerobak soto saja ki, beliau mangkal didekat pump bensin sana.....” kata Maula.

“Kenapa sekarang tinggal satu Nak Mas.....” Tanya Ki Bijak.

“Pak Wagimin khawatir tidak bisa membagi waktu untuk anak-anak didiknya ki, kalau beliau masih memiliki beberapa warung, otomatis waktunya sedikit tersisa oleh kegiatan usahanya itu, Pak Wagimin memilih untuk mengurangi aktivitas usahanya dan meluangkan waktu lebih untuk para santrinya.......” Kata Maula.

“Memang akan selalu menjadi pilihan yang sangat sulit untuk memilih dua kepentingan yang keduanya sangat-sangat penting Nak Mas, tapi Insya Allah Pak Gimin akan dibimbing Allah untuk menentukan pilihan terbaiknya, sebagaimana beliau dulu memilih keluar dari restauran tempatnya bekerja untuk memulai usaha yang lebih menjanjikan ridha Allah swt..........” kata Ki Bijak.

“Dan apakah karena usahanya berkurang itulah Pak Wagimin belum bisa menyelesaikan pembangunan musholla itu ya Nak Mas.....” sambung Ki Bijak.

“Benar ki, dengan pendapatanya sekarang, Pak Wagimin memerlukan banyak sekali dukungan dana untuk dapat menyelesaikan pembangunan musholla itu, kemarin pun beliau meminta ana untuk membantu mencarikan para hamba Allah yang berkenan membantu menyelesaikan pembangunan musholla itu, waktu itu ana mengatakan insya Allah ana akan bantu, tapi ana belum tahu siapa yang ditunjuk Allah untuk menjadi penegak syiar agama Allah dengan membantu penyelesaian pembangunan musholla Baabul Khoir........” Kata Maula.

“Jangan risau Nak Mas, Nak Mas tidak perlu khawatir tidak akan menemukan hamba Allah yang mau membantu penyelesaian pembangunan musholla baabul khoir, karena Allah yang akan menutun Nak Mas dengan hamba-hamba_Nya yang ditunjuk untuk membantu Pak Wagimin dan warga disana dalam penyelesaian pembangunan musholla........” Kata Ki Bijak.

“Iya ki, semoga niat luhur Pak Gimin ini mendapat kemudahan ya ki...., sayang sekali kalau semangat anak-anak untuk belajar ngaji dan belajar agama, harus terbentur karena keterbatasan fasilitas yang mendukungnya...............” Kata Maula.

“Semoga Nak Mas, semoga Allah memberikan kekuatan kepada Pak Gimin untuk tetap berjuang menegakan panji-panji_Nya dengan tetap mendidik anak-anak agar menjadi tunas Islam yang unggul dan kuat, dan semoga pula pembangunan musholla ini akan senantiasa diberikan kemudahan oleh Allah, karena musholla dan sarana-sarana pendidikan seperti ini merupakan benteng yang kokoh untuk melindungi akidah anak-anak kita ditengah gencarnya ‘serangan’ berbagai acara TV yang sangat jauh dari nilai-nilai islami.......” Kata Ki Bijak.

“Dengan menyibukan diri untuk mengaji dan belajar dimadrasah atau musholla, setidaknya anak-anak kita tidak terjebak untuk menghabiskan waktunya didepan TV, dengan belajar ilmu-ilmu agama, sistem imun akidah anak-anak kita akan terproteksi dengan wejangan dan ilmu yang diterimanya dari musholla dan madrasah...........” kata Ki Bijak.

“Iya ki, sayangnya masih sedikit sekali diantara kita yang memiliki kepedulian dan pengabdian seperti pak Gimin ya ki..............” Kata Maula prihatin.

“Benar Nak Mas, masih sangat sedikit sekali, jika dibandingkan dengan komposisi umat dinegeri ini, karenanya kita harus mendukung sepenuhnya apa yang pak Gimin sedang rintis sekarang, semoga dengan dukungan kita, ghirah dan istiqomah pak Gimin tetap terjaga, dan semoga pula dengan akan lahir pak gimin-pak gimin lain untuk menyalakan suluh penerang bagi generasi muda kita dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang........” Kata Ki Bijak.

“Nak Mas masih ingat hadits yang menyatakan ‘syarat’ tegaknya dunia.....? Tanya Ki Bijak sejurus kemudian.

“Ya Ki, dunia ini akan tegak dengan ilmunya para ulama, adilnya para pemimpin, hartanya para aghniya dan doanya fakir miskin...............” Kata Ki Bijak.

“Ilmu saja, sehebat apapun ustadz dan kyai itu menyumbangkan ilmunya, tanpa tiga pilar yang lain, tetap akan pincang, seperti contoh pak Gimin ini, beliau mungkin memiliki ilmu yang bisa disumbangkan, tapi beliau juga memerlukan dana untuk fasilitas pendukung pengajiannya, dan itu adalah bagian para aghniya yang diamanahi Allah dengan hartanya.....”

“Pun harta saja tidak cukup untuk menegakan dunia, karena harta yang dihasilkan atau dikelola tanpa ilmu yang memadai, hanya akan menjadi bumerang bagi para pemiliknya, banyak sudah contoh disekitar kita bagaimana mereka yang berharta, justru diperbudak oleh hartanya........., banyak orang yang tidak bisa tidur karena takut mobilnya kecurian, banyak orang yang susah makan karena takut usahanya disaingi orang, dan masih banyak lagi contoh-contoh bagaimana harta mampu memperbudak mereka yang tidak berilmu..........” Kata Ki Bijak lagi.

“Dan untuk Nak Mas, Aki pesan, jangan sampai Nak Mas terbebani atau merasa berat untuk mengemban amanah ini, Aki percaya dan yakin jika Allah tidak semata-mata memberi tanggung jawab dan amanah kepada seseorang, melainkan dibalik semua itu ada hikmah besar yang kelak Nak Mas dapati....., jalani dengan ikhlas, insya Allah Nak Mas akan bisa membantu Pak Gimin untuk menyelesaikan pembangunan musholla.......” Kata Ki Bijak.

“Iya ki, memang ana masih suka merasakan beban dan tanggung jawab yang besar yang bergelayut dipundak ana, tapi syukurlah nasehat Aki telah mengangkat sebagian beban itu, doa kan ya Ki, semoga ana diberi Allah kemudahan untuk membantu Pak Gimin...........” Kata Maula.

Ki Bijak tersenyum, “Insya Allah Nak Mas...............” Katanya kemudian sambil menerima uluran tangan Maula yang pamitan.

Wassalam

Juli 15, 2008

No comments:

Post a Comment