Saturday, August 16, 2008

APAPUN NAMANYA, JUDI TETAPLAH HARAM


90. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah[434], adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.


“Ya Nak Mas, itulah ‘pintarnya’ setan, setan mengemas perjudian dalam bentuk taruhan pertandingan sepakbola........” kata Ki Bijak mengomentari maraknya taruhan dalam pertandingan sepakbola.

“Iya ki, alasannya bermacam-macam, ada yang mengatakan kalau nggak taruhan, nontonnya tidak semangat, ada juga yang bilang sekedar iseng, ada lagi yang bilang taruhannya kecil, ada lagi yang bilang kalau menang, uangnya buat makan bareng, dan lain sebagainya......” Maula menambahkan alasan-alasan yang sering didengar dari orang-orang yang gemar bertaruh bola.

Ki Bijak tersenyum mendengar alasan-alasan yang disebutkan Maula, Nak Mas..., sekedar nonton bola saja, tanpa taruhan, tetapi hal itu membuat kita ngantuk dan akhirnya shubuhnya kesiangan, sudah meruapakan sebuah kemunkaran, karena kita telah mendahulukan sesuatu dari pada Allah, Naudzubillah, apalagi pake taruhan..., bagi Aki alasan yang mereka buat itu adalah sebuah kefasikan.......” Kata Ki Bijak dengan nada prihatin.

“Lalu apa tadi...?, taruhan bola untuk sekedar iseng....?, Astaghfirullah..., satu rupiah yang didermakan untuk fakir miskin, jauh lebih berarti dari uang seratus ribu yang dijadikan taruhan, kenapa kita bisa taruhan seratus ribu, sementara untuk infaq seribu rupiah saja kita berfikir ratusan kali.....?” Belum lagi jika kita berhitung dengan umur kita, hidup ini terlalu singkat untuk diisi dengan hal-hal kecil, umur kita terlalu mahal untuk dihiasi dengan keisengan-keisengan, tidakkah kita menyadari bahwa kita tidak bisa membeli waktu yang telah lewat barang sedetikpun, lalu patutkah kita menghabiskannya hanya untuk iseng.....?” Kata Ki Bijak lagi.

“Iya ya ki......., Ki....kalau uang taruhan buat makan bareng gimana ki......? tanya Maula.

“Nak Mas...., perut kita ini sangat mungkin sudah dipenuhi dengan makanan dan minuman subhat atau bahkan haram yang mungkin secara tidak sengaja kita memakannya, lalu sekarang dengan sengaja dan secara sadar kita akan menambah isi perut kita dengan makanan yang dibeli dari uang hasil taruhan....? Tidakkah itu artinya kita bersiap menelan bara api neraka kedalam perut kita........?” Naudzubillah .........” kata Ki Bijak setengah bergidik.

“Ada banyak hal yang bisa kita perbuat dengan uang seratus ribu yang kita punya, mungkin kita bisa berbagi kepada saudara kita yang kelapran, mungkin kita bisa memasukan uang tersebut pada kotak infaq yang banyak tersedia, mungkin kita bisa mengajak anak istri kita makan dengan menu yang lebih layak, dan masih banyak hal baik yang bisa kita lakukan dan jauh lebih menguntungkan dari sekedar memenuhi ajakan setan untuk taruhan..........” Kata Ki Bijak lagi.

“Iya ya ki, kalau untuk infaq dan sedekah sepertinya sayang banget, mikir-mikir dulu, itung-itungan dulu, nunggu gajian dulu, nunggu bonus dulua, tapi kalau buat taruhan malah gampang banget.......” Kata Maula

“Berhati-hatilah jika kita merasakan hal seperti itu, kita patut merasa khawatir ketika kita merasa berat untuk melakukan kebaikan, semantara kita diringankan untuk berbuat kejelekan, karena boleh jadi itu adalah sebuah tanda kebodohan dalam diri kita......” Kata Ki Bijak.

“Ketika kita berat melakukan kebaikan dan ringan melakukann kejelekan sebuah tanda kebodohan ki....?” Tanya Maula.

“Benar Nak Mas, menunda sebuah kebaikan dan menyegerakan kejelekan adalah sebuah indikasi kebodohan bathiah seseorang, mungkin ia pintar secara akademik, mungkin ia memiliki nilai yang sangat memuaskan untuk semua mata pelajaran, tapi selama ia masih tertipu dengan permainan dan tipu daya setan, ia termasuk kedalam golongan orang bodoh secara bathiniah........” Kata Ki Bijak.

“Apa yang menyebabkan kebodohan bathiniah ini ki.....?” Tanya Maula.

“Akan halnya otak kita yang memerlukan asupan ilmu pengetahuan, bathin kita juga memerlukan asupan yang memadai agar bisa tumbuh dan berkembang secara layak, bathin kita memerlukan nasehat dari orang-orang arif, bathin kita memerlukan arahan dari orang-orang bijak, bathin kita memerlukan cahaya ilahiyah untuk menerangi jalan mana yang mesti kita tempuh dan mana yang kita harus berpaling darinya......”

“kekurangan kita terhadap nasehat yang arif, kekurangan kita akan arahan yang bijak, kekurangan kita terhadap cahaya ilahiyah, menjadikan kita tersesat dan tidak mampu membedakan mana jalan setan dan mana jalan kebajikan, salah satu diantaranya adalah ketidak mampuan sebagian kita untuk membedakan apa taruhan bola itu judi atau bukan......, sebagian kita mencoba mengalihkan dan menyamarkan judi yang jelas diharamkan dengan berbagai kiasan yang mereka karang tanpa pengetahuan........” Kata Ki Bijak.

“Lucu ya ki, mereka fikir mereka bisa menipu Allah kali ya ki dengan istilah-istilah yang dibiaskan itu.......” Kata Maula.

“Ya Nak Mas..., bagi kita alasan-alasan itu seperti lelucon, tapi bagi sebagian yang lain, mereka justru bangga karena telah ‘berhasil’ membuat idiom baru untuk menghalalkan perbuatan yang jelas-jelas diharamkan......” Kata Ki Bijak lagi.

“Dan yang lebih lucu lagi, kalau kalah mereka mengeluarkan sumpah serapah, menyalahkan pemain, menyalahkan wasit, menyalahkan pertandingan, atau bahkan ada yang mengatasnamakan tuhan, katanya uang yang kalah buat taruhan itu bukan ‘rezekinya’, seolah Allah meridhai taruhan yang mereka buat itu, aneh ya ki...........” Kata Maula.

“Memang aneh sekali Nak Mas, untuk itu Aki pesan pada Nak Mas, kalau Nak Mas suka nonton bola, nonton lah sewajarnya saja, jangan sampai karena nonton bola Nak Mas shubuhnya ketinggalan,apalagi sampai pake taruhan segala, sekali lagi judi tetaplah judi, apapun bentuk dan namanya, haram tetaplah haram, apapun kemasannya, jauhi hal semacam ini, karena judi adalah perbuatan setan...!!” Kata Ki Bijak lagi.

“Iya ki, insya Allah ana tidak akan ikut-ikutan semacam itu......” kata Maula.

“Syukurlah Nak Mas....senantiasalah Nak Mas berdoa dan memohon kepada Allah agar dihindarkan dari tipu daya setan, agar Nak Mas mampu melihat mana yang benar dan mana yang diharamkan.....”Kata Ki Bijak.

“Allahuma ya Allah, tunjukanlah yang baik itu baik, dan berikan hamba kemampuan untuk melaksanakannya, dan tunjukanlah yang bathil itu bathil, dan berikan hamba kemampuan untuk menjauhinya..........” Kata Maula memohon kepada Rabb_nya.

“Amiiin......” Tambah Ki Bijak.

Wassalam

June 23, 2008.

No comments:

Post a Comment