Friday, February 16, 2007

Cerita tentang “sampah”

Suatu pemandangan yang lumrah bagi kita, jika kita atau seseorang melewati tumpukan sampah yang busuk dan bau, kita akan dengan serta merta menutup hidung sambil menahan nafas tanda kita tidak menyukai bau tidak sedap yang menusuk hidung kita. Rasa mual dan jijik segera menghapiri kita.

Disisi lain, sering kita mendapati para pemulung bergelut seharian diatas tumpukan sampah yang “bau dan menjijikan” menurut kita.

Mengapa saudara-saudara kita, para pemulung itu seperti tidak terpengaruh oleh bau sampah yang menyengat itu?

Jawabanya karena mereka terbiasa ditempat itu, sementara kita, jauh dari tempat sampah yang bau itu.

Tanpa mengurangi rasa hormat penulis kepada para pahlawan-pahlawan daur ulang kita, ada sebuah padanan yang mungkin bisa kita jadikan ibrah dalam kehidupan kita.

Ketika kita terbiasa hidup bersih, baik secara lahir maupun bersih secara bathiniah dengan menjaga diri dari dosa-dosa kecil apalagi dosa-dosa besar, maka kita akan peka ketika suatu saat “ada yang salah” dalam diri kita atau dengan orang-orang disekitar kita. Kita mempunyai sensor yang selalu memberi sinyal kepada kita bahwa ini salah dan ini benar, persis seperti hidung kita yang segera mencium bau busuk sampah dari tempat yang kita lewati.

Tapi sebaliknya, ketika kita terbiasa atau membiasakan diri bergelimang dengan dosa & maksiat, besar atau kecil, maka sensor kita tidak lagi akan peka, bau busuk atau tidak, salah atau benar, sepertinya sama saja bagi kita. Persis seperti saudara-saudara kita, para pemulung yang sepertinya tidak merasakan bau yang menyengat dari tumpukan sampah disekelilingnya.

Perbedaan orang mukmin dan para pendosa adalah:“Orang beriman, senantiasa merasa dosanya,(sekecil apapun kesalahannya), seperti reruntuhan gunung yang akan menimpanya, sehingga ia senantiasa beristighfar dan menjauhi perbuatan dan perkataan yang akan menjerumuskannya kedalam jurang kebinasaan”

“Para pendosa adalah orang-orang yang menganggap dosanya (sebesar apapun dosanya), seperti lalat yang hinggap dihidungnya, ia usir, kemudian lupa....dan melakukan kesalahan yang sama...Naudzubullah.

Desember,01, 2006

1 comment: