Friday, February 16, 2007

SEMOGA TIDAK HANYA SAMPAI DISINI

Banjir yang hampir sepekan lalu mengharu birukan sebagian besar wilayah Ibukota dan sekitarnya, kini mulai surut. Tinggal sampah yang kini menjadi pemandangan yang kurang sedap dipandang mata, berserakan disana sini, menebar bau yang kurang enak dan rawan dengan berbagai jenis penyakit, semoga segera teratasi.

Ada rasa haru yang tiba-tiba menyeruak kepermukaan, ketika mengetahui bahwa kita ternyata masih memiliki kepedulian terhadap sesama.

Ada rasa bangga yang menyembul dari lubuk sanubari yang terdalam ketika mengetahui bahwa ternyata kita masih punya rasa dan hati.

Yang dengan kepedulian kita, dengan rasa dan hati kita, kita kemudian tergerak untuk turut berempati kepada saudara-saudara kita yang terkena musibah. Tak peduli dari suku mana, tak peduli warna kulit apa, tak peduli kenal atau tidak, mereka adalah saudara kita yang sedang memerlukan bantuan, dan karena itu kita meringankan tangan dan langkah kita untuk membantu sesama.

Semoga Allah ridha dengan apa yang telah kita lakukan, “Jika engkau menolong yang dibumi, maka yang dilangit akan menolongmu” Insya Allah.

Seiring surutnya banjir, ada sepenggal harapan dan asa yang menuntut jawaban, semoga apa yang kita lakukan kemarin, tidak berhenti hanya sampai disini.

Masih banyak atau bahkan jauh lebih banyak lagi saudara-saudara kita yang masih memerlukan tenaga, pikiran dan uluran tangan kita agar mereka juga terbebas dari bencana “banjir”.
2
Kita semua tahu dan maklum berapa banyak korban dan kerugian yang diderita oleh para korban banjir air yang meluap sepekan kemarin, harta benda dan bahkan nyawa, tapi ada “banjir lain” yang menimbulkan kerusakan dan kerugian serta korban yang jauh lebih berbahaya dan sangat merusak, bukan hanya mengakibatkan kerugian material dan dunia saja, tapi “banjir” ini bisa mengakibatkan kerusakan didunia dan diakherat kelak.

Banjir kemusyrikan, banjir ini disadari atau tidak tengah melanda sebagian saudara-saudara kita, orang-orang disekitar kita atau bahkan mungkin kita sendiripun sebenarnya belum benar-benar terbebas dari banjir jenis ini. Bahaya yang ditimbulkan oleh banjir kemusyrikan ini adalah;

- Terkikisnya keimanan kepada Allah – kemusyrikan, yakni menyekutukan Allah dengan selainnya, menyekutukan Allah dengan berhala-berhala modern, seperti harta, tahta dan kedudukan, saat ini tengah melanda sebagian kita. Mereka berlomba dengan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan harta, tahta, pangkat dan kedudukan, tidak peduli lagi teman atau kawan, jika mereka anggap sebagai penghalang, siapapun akan disingkirkan. Perdukunan, klenik dan berbagai perbuatan layaknya orang tak waras, dilakukan, bahkan Allahpun dinomor sekiankan, demi mengejar sesuatu yang justru akan menenggelamkan.

- Mengakibatkan pendangkalan akidah – Maraknya kemusyrikan dibagai segi dan sendi kehidupan, akan mendangkalkan akidah kita, keyakinan kita kepada Allah menjadi sedemikian labil, jangankan oleh godaan yang besar, bahkan karena riak-riak yang kecil, seperti kekurangan pangan, rasa takut dan lainnya, akan menghanyutkan akidah yang ada dalam dada.

- Menghanyutkan tatanan keberagamaan dan sosial – kemusyrikan akan melumpuhkan norma dan sendi keberagamaan dan tatanan sosial kemasyarakatan, serba boleh, tak tahu malu, saling tikam akan menjadi pemandangan yang biasa dalam kondisi banjir kemusyrikan ini.


- Mengotori kemurnian Islam dengan sampah-sampah bid’ah – Islam sebagai ad-dien, way of live menjadi tercemar oleh perilaku umatnya yang tengah dilamun banjir kemusrikan. Kesuciannya sebagai satu-satunya agama yang diridhai Allah menjadi sedemikian tenggelam ditengah kejahiliyahan modern, dan tak lagi menjadi sebuah anutan yang seyogyanya diikuti.

- Merusak ahlaqul karimah – kerusakan yang ditimbulkan oleh banjir kemusrikan ini juga menjungkir balikan ahlaq, tontonan jadi tuntunan, tuntunan jadi tontonan, kyai jadi bahan ejekan, alim ulama jadi plesetan, semua tak beraturan.

Dampak lain dari banjir kemusrikan ini adalah berupa banjir susulan, yaitu Banjir kemaksiatan. Tengok kiri kanan kita, betapa mudah kita temui contoh-contoh dari dampak banjir ini, sungguh lebih parah, lebih dahsyat, dan lebih mengerikan.

Kini, setelah kemarin kita bahu membahu mengulurkan tangan, meringankan langkah, menyingsingkan lengan baju untuk membantu saudara kita yang dilanda banjir, kini saatnyalah kita kembali dan hendaknya terus menggalang kepedulian dan kebersamaan kita untuk mencegah dan menanggulangi banjir jenis lain yang ada disekitar kita, karena kalau tidak, ketika bannjir kemaksiatan melanda seseorang atau suatu kaum, maka bukan hanya kaum yang berbuat maksiat itu saja yang akan hanyut, melainkan semua yang ada disekitarnya;

25. Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan Ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (Al anfal:25)


Masih banyak anak Islam dijalanan, yang demikian rentan terhadap serangan pemurtadan

Masih banyak suadara-saudara kita yang tak “tahu jalan” menuju surau dan masjid

Masih banyak saudara kita yang sekarang tengah megap-megap dilanda banjir kemiskinan

Masih banyak saudara kita yang sekarang timbul tenggelam dalam arus kebodohan

Masih banyak dan banyak lagi saudara kita yang memerlukan kita, memerlukan uluran tangan, kepedulian dan empati serta karya nyata kita agar kita semua selamat fidunya wal akherat.

Semoga Allah meringankan hati, rasa dan langkah kita untuk menjadi “sesuatu” yang berguna bagi diri kita, keluarga, lingkungan, masyarakat, bangsa dan agamanya.

Wassalam

Januari 12, 2007

No comments:

Post a Comment