Monday, February 26, 2007

Mudik

Hampir dua bulan yang lalu, menjelang hari raya idul fitri, sebuah pemandangan, kalau tidak mau dikatakan fenomena mudik terpampang didepan kita. Ratusan bahkan mungkin ribuan orang beramai-ramai pulang kampung dengan berbagai macam kendaraan dan berbagai bekal yang dibawanya untuk persiapan menempuk perjalanan yang panjang, sungguh mengasyikan menyaksikan pemandangan yang hanya terjadi setahun sekali tersebut.

Dalam berbagai artikel dan surat kabar, banyak dijumpai tip-tip bagi pemudik agar dapat sampai ketujuan dengan cepat dan selamat, berikut adalah beberapa tip mudik yang harus dipersiapkan;

- Pastikan kendaraan yang akan digunakan layak dan dalam keadaan yang sehat

- Pelajari rute yang akan ditempuh dan berbagai jalur alternatif yang mungkin diambil, jika terjadi kemacetan

- Bawa bekal secukupnya

- Pastikan kondisi badan sehat dan fit, dan lain-lain

Bekal yang cukup dan pastikan kita siap menghadapi perjalanan yang panjang dengan berbagai kemungkinan yang kita hadapi....sebuah tip yang sangat baik dan bermanfaat.

Lalu, sudahkah kita mempersiapkan bekal untuk “mudik abadi” kita kekampung akherat yang sewaktu-waktu datang?

Perjalanan nan panjang setelah kematian adalah sesuatu yang harus kita siapkan dari sekarang. Jika kita mudik ke Semarang, Surabaya atau kekota lainya, kita mempersiapkan segala sesuatu dengan demikian baik, seharusnya kita mempersiapkan bekal yang jauh lebih baik untuk menghadapi mudik abadi kita.

“Kampung Akherat” tempat kita kembali kelak, adalah sesuatu yang sangat asing bagi kita, kita tidak tahu berapa panjang perjalanan yang akan kita tempuh, kita tidak tahu berapa lama kita akan menunggu diterminal “kubur” kita hingga kita dibangkitkan, kita tidak tahu cuaca dan kondisi disana, kita tidak tahu apapun....tentang “kampung kita itu”

Hal yang mungkin dan paling bijaksana ketika akan menempuh sebuah perjalanan panjang dengan berbagai kondisi yang sama sekali kita tidak tahu adalah kita mempelajari “peta” tentang kehidupan dan kondisi disana, peta itu bernama “al qur’an”. Dari al qur’an lah kita bisa memndapatkan gambaran kehidupan syurga dan neraka dan siapa saja penghuninya, lalu syarat-syarat untuk menjadi penghuni syurga dan signal-signal yang tidak boleh dilanggar agar kita tidak terjerumus kedalam jurang neraka.

Kita harus memulainya, memulai mempelajari peta kehidupan kita dikampung akherat dari sekarang, bukan besok atau nanti, karena kita tidak tahu kapan kita akan dijemput. Bukalah al qur’an sekarang!

Lalu, kita juga harus mempersiapkan “bekal” sebanyak mungkin dan persiapan yang maksimal.

Apa bekal kita.....?

Dunia ini adalah ladang untuk bercocok tanam amal ibadah, yang buah amalnya akan kita bawa sebagai bekal kita menuju kampung akherat.

Layaknya bercocok tanam, amal ibadah kitapun harus terus dijaga dan dipupuk dengan ikhlas dan istiqomah, sehingga berbuah keridhoan dari Allah Swt. Amal ibadah yang dibiarkan terlantar tanpa ilmu dan ikhlas, maka ia tidak akan menghasilkan buah amal yang bisa kita bawa “kelak” atau mungkin hari ini atau besok.

Sudahkan kita mempelajari “peta al qur’an” mempersiapkan bekal “taqwa” untuk “mudik abadi” kita?

Desember 06, 2006

No comments:

Post a Comment