Monday, February 19, 2007

Menghitung Hari

“Aaah, sudah Jum’at lagi, perasaan baru kemarin senin, sekarang sudah akhir pekan lagi, lusa sabtu, minggu, kemudian senin lagi, kerja lagi..............”


Demikian ungkapan perasaan seorang teman seperjalanan menyikapi hari demi hari yang memang terasa demikian cepat. Senin berganti selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu dan minggu, kemudian minggu berganti dengan bulan, bulan berganti dengan tahun, tahun berganti dengan windu, berganti dekade,abad dan seterusnya, demikian cepat waktu berlalu.

Sepertinya baru kemarin kita masih kanak-kanak, mengenakan seragam sekolah, tapi tiba-tiba sekarang kita sudah punya anak, kita pun sudah mulai tua dan beruban.

Demikian pentingnya hingga Allah bersumpah dengan waktu bukan hanya sekali, tapi beberapa kali sebagaimana tercermin ayat – ayat berikut;

1. Demi waktu matahari sepenggalahan naik, (Ad-dhuha:1)

1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Al Ashr:1~3)

16. Maka Sesungguhnya Aku bersumpah dengan cahaya merah di waktu senja,(Al Insiqaaq:16)


Allah bersumpah dengan waktu Dhuha, Allah bersumpah dengan Masa, Allah bersumpah dengan Waktu senja, Allah, kata sebagian ulama,

22. Sampai waktu yang ditentukan, (Al Mursalat:22)


123. Dan takutlah kamu kepada suatu hari di waktu seseorang tidak dapat menggantikan[86] seseorang lain sedikitpun dan tidak akan diterima suatu tebusan daripadanya dan tidak akan memberi manfaat sesuatu syafa'at kepadanya dan tidak (pula) mereka akan ditolong. (Al Baqarajh:123)

[86] Maksudnya: dosa dan pahala seseorang tidak dapat dipindahkan kepada orang lain.

Jika Allah sampai beberapa kali bersumpah atas nama waktu, maka pasti ada sesuatu yang sangat istimewa dan demikian penting dengan waktu. Salah seorang sahabat utama Rasulullah pernah mengibaratkan waktu sebagai dua mata pedang yang sangat tajam, maka barang siapa mampu memanfaatkan ketajamannya, ia akan memperoleh banyak manfaat dan keuntungan dari pada waktu. Sebaliknya barang siapa yang tidak bisa memanfaatkannya dan lalai, maka ketajaman pedang itu boleh sangat jadi akan menjadi senjata makan tuan, yang akan merugikan dirinya.

Waktu adalah modal pertama yang diberikan Allah kepada manusia berupa usia. Tidak terlalu penting berapa lama usia yang diberikan Allah kepada kita, mungkin kita tidak dikarunia usia yang panjang sebagaimaa Allah karuniakan kepada umat-umat terdauhulu, tetapi ketika kita bisa memanfaatkannya dengan baik waktu yang kita miliki, kita gunakan semata-mata untuk memenuhi kewajiban kita sebagai hamba untuk mengabdi kepada Allah, maka saat itulah ketajaman pedang dalam ibarat diatas, atau waktu yang kita miliki, menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi kita.

Dengan karunia usia yang Allah anugerahkan kepada kita ini, kita bisa bercocok tanam amal sholeh untuk kemudian buahnya kita jadikan bekal kepulangan kita nanti.

Dengan waktu kita bisa bekerja, dengan waktu kita bisa beribadah, dengan waktu pula kita bisa melakukan berbagai hal dalam kehidupan kita.

Maka barang siapa yang pandai memanfaatkan waktunya, dialah orang yang paling beruntung.

Allah memberikan jatah waktu yang sama kepada siapapun, Allah memberi waktu 24 jam sehari semalam kepada seorang presiden, Allah juga memberi waktu 24 jam sehari semalam kepada pengamen, Allah memberi waktu 24 jam sehari semalam kepada para pejabat, Allah pun memberi waktu yang sama kepada para penjahat, Allah juga memberi waktu yang sama kepada orang-orang yang saat ini berada dipuncak keberhasila, Allah juga memberi waktu yang sama kepada orang-orang yang berada dipelosok – pelosok jurang kegagalan, semuanya sama.
Perbedaan antara presiden dan pengamen, pejabat dan pejahat, orang yang gagal dan orang yang berhasil hanyalah terletak pada bagaimana mereka menggunakan dan memberdayakan modal utama yang mereka miliki, yaitu waktu.

Jika berkesempatan, tanyakan kepada orang yang anda anggap “berhasil” dan orang yang anda anggap “gagal”mengenai bagaimana cara mereka memanfaatkan waktu, insya Allah kita akan menemukan perbedaan yang sangat jelas yang menjadikan hasil akhir yang juga sangat berbeda, yang satu berhasil dan yang satu gagal.

Untuk itu dalam ciri-ciri orang yang mendapatkan surga dunia” dikatakan bahwa salah satunya adalah orang yang memiliki umur panjang yang barokah. Umur panjang saja tapi tidak barokah, akan menjadikan kita seperti halnya iblis Laknatullah yang minta ditangguhkan kematiannya hingga hari akhir, tapi justru bukan untuk mengabdi kepada Allah, melainkan sebagai bentuk pembangkangan terhadap Allah dan waktunya digunakan untuk menyesatkan sebanyak mungkin manusia untuk menemaninya di neraka kelak.

Sebuah syair mengatakan “ untuk apa hidup seribu tahun, kalau tak sembahyang apa gunanya” untuk menggambarkan kesia-sian dari waktu yang kita miliki bagi orang yang tidak bisa memanfaatkannya.

Sisi pedang “waktu” yang lain, yang tidak bisa dimanfaatkan dengan bijak, boleh sangat jadi akan menjadi sumber malapetaka bagi kita. Waktu tak pernah kenal kompromi untuk menunggu kita, waktu tak pernah mengenal waktu untuk terus mengurangi jatah hidup kita, waktu tak akan bergerak mundur, waktu tak akan berhenti untuk menunggu orang-orang yang lalai, waktu terus berputar menggilas masa, merenggut sisa-sisa umur kita tanpa kenal belas kasihan. Waktu akan membiarkan orang-orang yang lalai memanfaatkannya dalam jurang penyesalan yang dalam, waktu yang tidak bisa dimanfaatkan merupakan “pembunuh” yang paling kejam, tak kenal ampun, tak bisa ditawar dan kita tak akan bisa lari dari padanya.

Ketika kita lalai barang satu detik saja, maka kita tidak akan bisa balik kebelakang, kesedetik yang lalu sekalipun, apalagi kita kembali kepada masa lalu, masa muda, masa dimana kita masih kuat dan perkasa, semuanya hanya mimpi, jika ada orang yang beranggapan ia bisa kembali kemasa lalunya. Atau hanya ada dalam dongeng pengantar tidur yang memungkinkan seseorang bisa kembali keruang waktu masa lalu, atau hanya ada dalam sinetron dan film kartun yang bisa melakukan itu, kita sekarang berada dalam alam nyata, alam sungguhan, bukan dalam kartun, bukan dalam dongeng, bukan dalam sinetron, jadi kita tidak bisa berandai-andai, misalkan, umpama, ibarat dan lainnya untuk bisa memutar waktu sesuai dengan keinginan kita.

Gunakan masa mudamu, sebelum datang masa tuamu
Gunakan waktu sehatmu sebelum datang sakitmu
Gunakan waktu luangmu sebelum datang sempitmu
Gunakan waktu kayamu sebelum datang miskinmu
Gunakan hidupmu sebelum datang kematianmu


Wassalam

Januari 12, 2007

No comments:

Post a Comment