Tuesday, February 27, 2007

Tanpa Judul

Hampir dua minggu terakhir ini, ruang informasi kita, baik disengaja atau tidak dipenuhi oleh berita dan informasi yang tidak layak kita konsumsi, yakni berita tentang ..........................................................

Tidak patut kita membicarakannya lebih lanjut, kita hanya akan mencoba mengambil hikmah dan pelajaran yang bisa kita kais dari kejadian diatas;

Seperti dalam tulisan terdahulu mengenai kereta api, bahwa ketika kita keluar dari rel syari’at, maka korban yang jatuh bukan hanya kita, melainkan juga istri, anak, keluarga istri, korp, partai, agama dan bahkan mungkin sebuah bangsa. Kejadian tersebut menjadi salah satu bukti bahwa ketika syari’at pernikahan yang sah lagi hal dilanggar, yang terjadi adalah seperti kejadian diatas tadi, yang memakan korban dan melibatkan banyak pihak yang juga ikut tercoreng.

Hikmah kedua adalah pembenaran terhadap firman Allah Swt dalam surat Ali Imran ayat 26;


26. Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.(Ali Imran;26)

Bahwa kita bukanlah apa-apa dan bukan siapa-siapa (lihat tulisan:mudik), kekuasaan yang kita miliki, bukanlah kekuasaan mutlak, jika Allah menghendaki, karir yang telah dirintis dan dibangun selama puluhan tahun dengan jerih payah dan penuh pengorbanan, hancur hanya dalam hitungan detik, tidak ada yang tersisa, kecuali rasa malu dan nista.

Kemulian, yang selama ini dibanggakan dibalik jas dan jabatan yang diemban sebagai seorang yang terhormat, ketika Allah hendak menghinakan, maka tak ada yang kebanggaan yang tersis terhadap jas dan jabatan yang selama ini mereka agungkan.

Maha benar firman Allah, Dia akan memberikan kekuasaan kepada siapa yang Dia kehendaki, pun Dia akan mencabutnya dari siapa yang dikendaki. Dia muliakan orang yang dikendaki, tapi Dia pula yang akan menghinakan siapa yang dikendaki.

Sebuah hikmah besar bagi kita, ketika kita menyadari bahwa apapun yang ada pada kita saat ini, baik itu harta yang berlimpah, kedudukan, jabatan, kehormatan ataupun derita dan air mata, semuanya hanyalah sebuah ujian bagi kita. Ketika kita mendapatkan “Kesenangan” maka itu sebuah ujian, apakah kita mampu bersyukur terhadap nikmat-Nya, sebaliknya, apabila kita ditimpa “kemalangan” maka itu ujian terhadap kesabaran kita.

Seorang teman bertanya, kenapa Allah menguji kita?

Kita mungkin bisa berkaca pada ayat-ayat berikut untuk menjawabnya;


16. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan, sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.


168. Dan kami bagi-bagi mereka di dunia Ini menjadi beberapa golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. dan kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran).

174. Dan Demikianlah kami menjelaskan ayat-ayat itu, agar mereka kembali (kepada kebenaran).


156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"[101].

[101] artinya: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali. kalimat Ini dinamakan kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.


Secara singkat mungkin bisa kita simpulkan, bahwa Allah itu Maha Suci dan ingin kita kembali padanya dalam keadaan suci pula, dan untuk itu Allah menguji kita untuk menyadarkan akan khilaf dan dosa kita, kemudian kita bertobat dan kembali kepada-Nya.

Mari kita jaga diri dan keluarga kita dari api neraka.

No comments:

Post a Comment