Friday, February 16, 2007

kupu-kupu

“Kupu-kupu yang lucu, kemana engkau terbang”

“Kupu-kupu yang lucu kemana engkau pulang”

Sebuah lirik lagu anak-anak yang cukup populer, tentang “kupu-kupu yang lucu”. Memang, kupu-kupu adalah jenis serangga yang sangat elok, kedua sayapnya simetris dengan motif dan corak yang sama persis, desainya demikian indah dan sedap dipandang mata, sebagai Maha Karya dari Dzat yang Maha Menciptakan.

Tapi tahukah kita dari mana kupu-kupu berasal?

Kupu-kupu hadir kedunia ini setelah melalui serangkaian perubahan bentuk secara sempurna.Pertama, induk kupu-kupu meletakkan telurnya di atas sehelai daun. Larva yang menetas dari telur ini kemudian memakan dedaunan untuk beberapa saat sebelum pada akhirnya berubah menjadi ulat. Masing-masing dari ulat-ulat tersebut kemudian membuat sarang yang disebut kepompong untuk diri mereka sendiri. Kepompong kupu-kupu adalah sebuah keajaiban desain. Ia menempel pada cabang pohon dengan cara bergantung pada sehelai benang sangat tipis tapi kuat. Ulat tumbuh berkembang dalam kepompong ini dan perlahan muncul sebagai makhluk baru yang sungguh indah dan menawan, yakni seekor kupu-kupu. Awalnya, sayap muda ini tampak kusut, berkerut dan lemah. Tapi sayap tersebut kemudian mengembang dan melebar setelah darah dipompakan kedalamnya. Kini kupu-kupu telah siap untuk terbang.

Ternyata kupu-kupu berasal dari seekor “ulat”, yang jauh dari kesan lucu apalagi indah. Ulat justru dikenal sebagai serangga yang menjijikan, karena selain warna dan bentuknya yang “aneh” juga ada sebagian ulat yang bulunya menimbulkan rasa gatal pada kulit, sangat bertolak belakang dengan kupu-kupu yang lucu nan indah.

Subhanallah, Maha Suci Allah yang telah menciptakan kupu-kupu yang lucu dan indah dari seekor ulat yang gatal dan menjijikan.

Ada sebagian orang yang menjadikan proses metaforposa kupu-kupu ini sebagai tamsil bagi perjalanan hidup seseorang, karena memang banyak contoh bagaimana perjalanan hidup seseorang yang berasal dari sesuatu yang menjijikan dan berlumur dosa, kemudian menjadi orang yang dimuliakan Allah dan dimuliakan orang-orang beriman.

Panggung sejarah mencatat bagaimana perjalanan seorang sahabat Rasul yang bernama Umar Ibnu Khatab. Konon sebelum beliau memeluk Islam dan beriman kepada Allah dan Muhammad Saw sebagai Rasul-Nya, beliau adalah seorang petarung jalanan yang sangat memusuhi Islam. Beliau sangat menentang dakwah yang disampaikan oleh Baginda Rasul dengan kekuataanya yang ketika itu sangat disegani. Beliau juga dikenal sangat keras dan kejam terhadap orang-orang islam, bahkan terhadap adiknya sendiri yang telah lebih dulu memeluk agama Islam. Beliau tidak segan-segan mengayunkan tangannya kepada para pemeluk Islam, Umar Ibnu Khatab, laksana ulat yang sangat jauh dari kesan indah dan menyenangkan.

Kemudian roda kehidupan pulalah yang akhirnya menuntun Umar Ibnu Khatab berubah, laksana ulat yang berubah menjadi kupu-kupu. Allah telah menjadikan Umar Ibnu Khatab sebagai contoh nyata kebijaksanaan-Nya, layaknya keajaiban perubahan ulat menjadi kupu-kupu.

Catatan sejarah juga mencatat nama seorang Salman al farizi, sahabat yang terkenal karena stretegi pembuatan paritnya dalam perang khandaq. Beliau,dalam sebuah buku “peri hidup 40 sahabat Rasul” dikisahkan sempat beberapa kali memeluk agama yang berbeda sebelum akhirnya beliau menemukan dan memeluk islam. Lagi sebuah contoh bagaimana seorang yang “menjijikan” menjadi orang yang dimuliakan.

Panggung sejarah modern juga banyak mencatat bagaimana orang-orang yang diberi hidayah oleh Allah, berubah seketika dari sesuatu yang “kotor” menjadi sesuatu yang bersih lagi membanggakan. Beberapa ulama dan ustadz yang kita kenalpun memiliki proses metaforposa yang sangat unik. Bagaimana mereka sempat terjerat kedalam kehidupan yang jauh dari tuntunan islam, tapi kemudian menjadi seorang dai yang dikenal luas. Ada lagi dai yang mantan napi, dai yang mantan perampok dan lainnya, jika Allah menghendaki, semuanya pasti mungkin. (baca: “Namanya Ibu Ani”-sebagai salah satu contohnya)

Kita pasti bukan Umar Ibnu Khatab, kita pun pasti bukan Salman al farizi, kita juga bukan seorang dai yang terkenal, tapi kita bisa berharap bahwa kita, yang saat ini mungkin berlumur dosa dan debu angkara, bisa menjadi ‘seseorang” yang minimal berguna bagi diri dan keluarga kita. Syaratnya kita tidak berhenti berusaha dan membakar dosa-dosa kita dengan bertaubat kepadanya dan dengan melakukan amal sholeh sebagai penghapus dosa-dosa kita, dan tidak berputus asa dari rahmat-Nya;


114. Dan Dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. (huud:114)

Kita, mungkin apa yang disebut Allah “orang yang melampaui batas”, tapi Allah juga membesarkan hati kita dengan janji ampunan-Nya, karena sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Saat ini mungkin kita laksana “ulat yang menjijikan” karena dosa-dosa kita, tapi kita tidak boleh berputus asa untuk suatu ketika menjadi “kupu-kupu yang indah lagi dirindukan orang-orang beriman” dengan izin Allah, amin.

Wassalam

Desember 26, 2006

No comments:

Post a Comment