Monday, February 19, 2007

Jari – jari..........

“Ibu jari...., jari telunjuk......, jari tengah yang panjang....., jari manis pakai cincin...., jari kelingking terkecil......”

Masih ingat syair lagu diatas?

Mari kita bermain-main sedikit dengannya.
Sebuah simulasi sederhana tentang keterkaitan dan saling ketergantungan kelima jari tangan kita dan kaitannya dengan rukun Islam yang lima yang juga saling mengisi dan sangat berkaitan satu sama lainnya.
Rentangkan telapak tangan dari jari anda, ambil sebuah pensil dengan kelima jari anda, maka pensil itu akan terpegang dengan sangat kokoh.
Kemudian lepaskan pegangan kelingking anda dari pensil tadi, maka pensilpun masih akan terpegang dengan cukup kuat.

Kemudian lepaskan lagi pegangan jari manis anda dari pensil tadi, maka pensilpun masih akan terpegang dengan relatif kuat
Kemudian lepaskan lagi pegangan jari tengah anda dari pensil tadi, maka pensil masih akan tetap terpegang oleh jari telunjuk dan ibu jari anda.
Sekarang coba lepaskan salah pegangan ibu jari atau jari telunjuk anda, insya Allah pensil itu akan jatuh, tidak bisa lagi dipegang.
Sebaliknya, ketika pegangan yang lepas dari pensil itu mulai dari ibu jari atau telunjuk dulu, misalnya pensil itu kita pegang dengan ketiga kari kita, jari tengan, jari manis dan kelingking, maka dalam tempo yang jauh lebih cepat pensil itu akan jatuh.
Seorang teman menggunakan simulasi itu untuk menggambarkan bagaimana rukun Islam yang lima bersinergi untuk menjadikan pegangan/buhul yang kuat.
Sang teman mengibaratkannya begini;
Ibu jari = Syahadat / Tauhid, Jari telunjuk = Shalat, Jari tengah = zakat, Jari Manis = Puasa, dan Kelingking = Ibadah Haji
Seperti simulasi diatas, ketika seluruh jari memegang pensil, maka pegangan itu menjadi sangat kuat; Maka ketika kita sudah mengamalkan kelima rukun Islam itu dengan benar, maka kita akan memiliki pegangan yang sangat kuat. Kita ketika itu Insya Allah menjadi Muslim yang paripurna, seperti kuatnya kelima pegangan jari tadi.
kemudian ketika jari kelingking melepaskan pegangannya, maka pegangan kita pada pensil itu menjadi cukup kuat. Artinya ketika kita belum diberi kemampuan untuk menunaikan ibadah haji, sepanjang kita masih melaksanakan keempat rukun Islam yang lain, kita masih memiliki pegangan yang cukup kuat, untuk tetap disebut sebagai orang Islam.
Kemudian ketika jari manis kita melepaskan pegangannya, maka pegangan kita menjadi relatif kuat. Ketika kita belum berhaji, kemudia kita juga belum mampu menunaikan puasa secara sempurna dengan alasan yang dibenarkan secara syariah, maka kita pun insya Allah masih disebut orang Islam, meskipun keimanan kita dipertanyakan.
Kemudian lagi, ketika jari tengah kita melepaskan pegangannya, atau ketika kita belum mampu menunanikan ibadah haji, sementara puasa kita pun masih setengah-setengah, dan zakat tidak kita penuhi, maka Insya Allah, kartu identitas kita masih sebagai orang Islam.
Tapi ketika ibu jari atau jari telunjuk kita lepas, maka kita tidak bisa lagi berpegangan, artinya, ketika syahadat kita tidak benar dan kita tidak shalat, maka kita sudah bukan seorang muslim lagi, Naudzubillah.
Syahadat dan Shalat adalah pembeda utama antara seorang Muslim dan Kafir. Zakat dikenal oleh agama lain, puasa juga dilakukan oleh pemeluk agama lain, pun dengan haji, orang lain pergi ke Vatikan atau ke Yerusalem sebagai ibadah haji-nya mereka.
Tapi ketika kita meng-esa-kan Allah, baik secara Dzat, Rubbubiyah, Uluhiyah serta Asma dan Sifat-Nya, ini tidak dimiliki oleh agama lain. Mereka menyekutukan Allah dalam Dzat-nya dengan mengatakan Tuhan mempunyai anak dan istri, mereka mengatakan ada Tuhan Bapak, Tuhan Anak dan Tuhan ibu, mereka mensifati Tuhan dengan sifat-sifat kefanaan, bahwa Tuhan akan mati, tuhan merasakan sakit dan lain sebagainya, mereka pun menyekutukan Tuhan dalam peribadatannya dengan menjadi berhala dan orang-orang shaleh diantara mereka sebagai “penghubung” dengan Tuhan katanya. Syahadat yang benar merupakan ciri utama seorang Muslim yang membedakannya dengan orang kafir.
Pun dengan Shalat, yang merupakan sarana Makrifat kita kepada Allah Swt. Umat lain tidak mempunyai hak makrifat sebagaimana halnya hanya Nabi Muhammad yang di Isra Mi’raj-kan untuk bertemu langsung dengan Allah, sementara nabi-nabi yang lain tidak.
Jadi kalau syahadat dan Shalat kita tidak benar, kita bukan lagi sebagai Muslim, seperti pensil yang lepas dari pegangan kita tadi.
Bersyukurlah kepada Allah yang telah memberi kita lima jari lengkap, dengan berupaya secara sungguh-sungguh lima rukun Islam agar kita menjadi Muslim yang sebenarnya, bukan sekedar muslim turunan apalagi muslim KTPnya saja.
Wassalam
Januari 11, 2007

No comments:

Post a Comment