Friday, February 16, 2007

Hari ini (26 Desember), 2 tahun lalu

41. Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).(Ar-rum:41)


“Tsunami Aceh memang sangat memilukan, sangat mengerikan”, kata pak ustadz setengah berguman.

“Tapi sebenarnya, ada tsunami yang jauh lebih dahsyat dan akibatnya jauh lebih mengerikan daripada apa yang terjadi di Aceh itu”, Sambung pak ustadz.

Penulis terdiam sejenak, tidak mengerti apa yang dimaksud pak ustadz bahwa ada “tsunami lain” yang jauh lebih dahsyat dan akibatnya lebih mengerikan dari Tsunami Aceh. Bukankan Tsunami yang melanda sebagian wilayah Asia itu tsunami yang paling dahsyat dalam sejarah bencana alam, yang di Aceh saja menelan lebih dari 150 ribu jiwa, kehancuran rumah, persawahan, perumahan dan masih banyak kerusakan yang ditimbulkan oleh “kemarahan alam” tersebut. Ibu harus kehilangan anaknya, istri harus kehilangan suaminya, sanak saudara, family, semua tercerai berai, sungguh dahsyat dan memilukan, bahkan belum cukup uraian kata-kata diatas untuk menggambarkan apa yang terjadi dan menimpa saudara-saudara kita di Aceh sana.

Tapi kata pak ustadz, ada Tsunami lain yang jauh lebih hebat, penulis tak mampu lagi membayangkan betapa hebatnya tsunami itu dan betapa dahsyatnya kerusakan yang ditimbulkannya, tapi dimana dan kapan?

“Tsunami yang lebih dahsyat itu bisa terjadi setiap hari, dimana saja dan dapat menimpa siapa saja” Kata pak ustadz seolah tahu apa yang sedang bertebaran diruang pikir penulis.

“Tsunami itu bernama Tsunami bathiniah” Kata pak Ustadz pelan.

“Tsunami bathiah?” Penulis keheranan.

“Ya, Tsunami bathiniah, disaat mana gelombang kemusyrikan melanda sebagian kita, disaat mana gempa kekufuran mengguncang kita, disaat air bah keingkaran melanda kita, sehingga menimbulkan kehancuran akidah, kerusakan moral, kebobrokan nilai dan terabaikannya tuntunan syari’at yang benar, saat kita kehilangan keyakinan kepada Allah, saat kita kehilangan arah kehidupan kita, saat semuanya tiba-tiba terasa janggal dalam bathin kita, saat kita mempertanyakan kebijaksanaan Allah, saat rahman dan rahim-Nya diragukan, saat itulah Tsunami yang lebih dahsyat yang saya maksud, Tsunami Bathiniah”, kata pak ustadz.

Diam, hening sesaat, pak ustadz nampak menarik nafas dalam-dalam, nampaknya ada sesuatu yang berat dalam pikirannya. Pun demikian dengan penulis, diam tak bersuara, menerawang jauh entah kemana.

Gelombang kemusyrikan – disaat mana ke-Esa-an Allah diduakan, disaat mana kebesaran Allah ditiadakan, disaat mana keadilan Allah dipertanyakan, disaat mana kekuasaan Allah diabaikan, disaat mana kesucian Allah dikotori, disaat mana ibadah kepada Allah disekutukan, disaat mana hukum-hukum-Nya diperjual belikan dengan harga yang tidak sepadan, disaat mana ayat-ayat-Nya ditertawakan, disaat mana kesabaran Allah ditantang, disaat mana pemberian-Nya disepelekan, itulah saat terjadinya tsunami bathiniah yang akibatnya bukan hanya akan menghancurkan kehidupan didunia ini, tapi juga kehidupan akherat kelak, sungguh lebih dahsyat dan lebih menghancurkan.

48. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia Telah berbuat dosa yang besar.(An Nisa:48)

116. Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah tersesat sejauh-jauhnya. (An nisa:116)


Lihat dan perhatikan kedua ayat diatas, “sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (mempersekutukan sesuatu) dengan-Nya)”, dua kali Allah menyatakan hal yang demikian bahkan dalam surat yang sama, untuk menggambarkan betapa besar dosa yang diakibatkan oleh perbuatan syirik. Adakah kemalangan yang lebih besar dari pada tidak diampuninya kesalahan dan dosa kita? Adakah Dzat lain selain-Nya yang akan mengampuni kita? Sungguh kemalangan diatas kemalangan jika kita berlaku syirik, sungguh derita diatas derita jika kita terhempas oleh gelombang kemusyrikan, bukan hanya didunia, tapi juga diakherat..Naudzubillah.

Kehancuran yang diakibatkan oleh dahsyatnya “gempa kekufuran”jauh lebih mengerikan dari kehancuran fisik oleh terjangan badai tsunami. Ketika manusia tidak lagi mensyukuri apa yang Allah berikan, maka Allah mengaancam kita denga adzab-Nya yang Maha Pedih;


7. Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".(Ibrahim:7)


Adzab yang pedih, adzab yang menghinakan, adzab yang akan meluluhlantakan kehidupan dunia kita dan juga kehidupan akherat kita kelak. Kekufuran akan menenggelamkan kita kedalam bencana kehancuran, kekufuran akan menjerumuskan kita kedalam jurang malapetaka, kufur, sekali lagi lebih dahsyat akibat yang ditimbulkannya.

Ingkar, tidak menuruti perintah Allah yang telah dicontohkan oleh Rasul-Nya adalah laksana air bah yang akan menenggelamkan kita kedasar jurang kebinasaan. Aturan yang telah dibuat sedemikian sempurna oleh Allah adalah untuk meyelamatkan manusia dari kebinasaan, mengeluarkan manusia dari kegelapan kedalam cahaya kebenaran, ketika aturan itu dilanggar, ketika aturan itu tak lagi dipatuhi, ketika aturan itu hanya dijadikan bahan gunjingan, maka saat tenggelamnya kita dalam kehancuran hanya menunggu waktu saja.

58. Tak ada suatu negeripun (yang durhaka penduduknya), melainkan kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. yang demikian itu Telah tertulis di dalam Kitab (Lauh mahfuzh). (Al israa:58)

Ketika seseorang diterjang oleh gelombang kemusyrikan, dihempas oleh gempa kekufuran dan diterjang oleh air bah keingkaran, benar kata pak ustadz, akibatnya jauh lebih dahsyat dan mengerikan. Bukankan kerusakan didarat dan dilaut sebagaimana tercantum dalam surat Ar-rum 41 diatas adalah “hanya” salah satu akibat dari tsunami bathiniah yang penulis sebutkan tadi, penuhanan terhadap berhala, pengkultusan harta dan peyembahan terhadap harta dan kekuasaan dan itulah tsunami................’

Kita bisa berkaca pada Tsunami Aceh betapa berkuasanya Allah atas segala sesuatu, maka adalah sebuah sikap bijak jika kita berkaca kedalam diri kita masing-masing adakah “tsunami bathiniyah” itu dalam dada kita.

Semoga Allah menyelamatkan kita dari murka-Nya, semoga kita bisa segera memperbaiki diri sebelum tsunami itu melanda kita.

Wassalam;

Desember 26, 2006.

No comments:

Post a Comment