“Eman-eman temen wong ayu ora sembahyang” 2x
“Siti Aisah luwih ayu ya sembahyang” 2x
“Eman-eman temen wong kasep orang sembahyang” 2x
“Nabi Yusuf luwih kasep ya sembahyang” 2x
“Eman-eman temen wong pinter ora sembahyang” 2x
“Nabi Musa luwih pinter yang sembahyang” 2x
“Eman-eman temen wong sugih ora sembahyang” 2x
“Nabi Sulaiman luwih sugih yang sembahyang” 2x
“Eman-eman temen wong gagah ora sembahyang” 2x
“Nabi Daud luwih sugih ya sembahyang” 2x
Syair diatas adalah “puji-pujian” yang biasa dilantunkan setelah kumandang adzan, biasanya untuk menunggu jamaah atau imam, yang dalam bahasa Indonesia kira-kira bararti begini;
“Aduh-aduh sayang yang cantik tidak sembahnyang”
“Siti Aisah lebih cantik ya sembahyang”
“Aduh-aduh sayang yang tampan tidak sembahyang”
“Nabi Yusuf lebih tampan ya sembahyang”
“Aduh-aduh sayang orang pinter tak sembahyang”
“Nabi Musa lebih pinter tetap sembahyang”
“Aduh-aduh sayang orang kaya tidak sembahyang”
“Nabi Sulaiman lebih kaya tetap sembahyang”
“Aduh-aduh sayang orang gagah tidak sembahnyang”
“Nabi Daud lebih gagah tetap sembahyang”
Siti Aisah, Ummul Mukminin, adalah satu istri baginda Rasul yang kecantikannya konon sangat mempesona. Pipinya yang senantiasa ranum memerah menjadi salah satu alasan baginda Rasul memanggilnya dengan “Ya Humairah”, wahai yang kemerah-merahan” , disamping beliau juga dikenal sebagai pribadi yang luhur budi dan berahlak mulia, end toh beliau tetap teguh menjalankan shalat sebagai salah satu kewajibannya sebagai seorang muslimah.
Adakah saudariku (yang belum shalat) lebih cantik dan Siti Aisah? Kalaupun benar saudariku lebih cantik dari beliau, tidak lantas kewajiban untuk melaksanakan shalat saudari gugur, belum lagi amal ibadah dan aklaq saudari jelas-jelas masih beberapa level dibawah beliau. Idealnya, kalau Siti Aisah saja shalatnya demikian hebat, apalagi para wanita akhir zaman, harusnya bisa meneladani apa yang telah Ummul Mukminin Siti Aisah contohkan.
Nabi Yusuf, adalah nabi yang ketampanannya mampu menghipnotis setiap wanita dizamannya;
31. Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk memotong jamuan), Kemudian dia Berkata (kepada Yusuf): "Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepada mereka". Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa) nya, dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata: "Maha Sempurna Allah, Ini bukanlah manusia. Sesungguhnya Ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia."(Yusu:31)
Namun demikian Nabi Yusuf tetaplah hamba Allah yang senantiasa melaksanakan shalat, sebagai bentuk rasa syukur dan pengabdiannya sebagai seorang hamba.
Adakah kita setampan Nabi Yusuf? Kalaupun benar rupa kita mempesona, shalat adalah sebuah kewajiban yang tak memilah dan memilih siapa yang tampan dan siapa yang buruk rupa, ingat bahwa sebaik-baik kita dihadapan Allah adalah siapa yang lebih baik tingkat ketaqwaaanya.
Nabi Musa adalah Nabi yang dikenal “cerewet”, banyak nanya, karena memang beliau adalah Nabi yang sangat pintar, sehingga kisah pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khaidir kemudian digambarkan oleh beberapa kalangan sebagai gambaran pertemuan dua kutub ilmu, Nabi Musa mewakili ilmu Syari,at, sementara Nabi Khaidir sebagai wakil ilmu Hakekat.
Gelar kesarjanaan yang kita miliki, diploma atau gelar master yang kita sandar, mungkin belum setara dengan kepandaian nabi Musa, tapi kenapa ada sebagian kita yang sudah berani meninggalkan shalat, hanya karena kita sudah merasa pintar dan hebat dengan gelar kesarjanaan kita?
Sekali lagi, nilai kita dimata Allah bukan berapa gelar duniawi yang kita sandang, tapi seberapa taat kita dalam menjalankan perintah Allah.
Nabi Sulaiman pernah berdo’a kepada Allah agar dianugerahi kekuasaan dan kekayaan yang belum pernah ada sebelumnya, dan tidak akan ada yang sesudahnya. Allah mengabulkan permohonan Nabi Sulaiman ini, sehingga beliau dikenal sebagai raja yang lantai istana nya mampu membuat Ratu Bilqis seperti orang awan ketika beliu memasuki istana Nabi Sulaiman. Namun demikian, ketaatan Nabi Sulaiman dalam menjalankan perintah Allah tidak pernah diragukan.
Adakah hasil jerih payah usaha kita selama ini telah menyamai kekayaan Nabi Sulaiman? Pasti belum dan tak akan pernah bisa, karena seperti do’a beliau, tak akan ada manusia sesudahnya yang mempunyai kekuasaan dan kekayaan seperti beliau.
Lalu kenapa ada diantara kita yang lupa shalat karena kesibukan kita mencuci mobil?
Lalu kenapa ada diantara kita yang lupa shalat karena sibuk menghitung penghasilan dagang kita?
Lalu kenapa ada diantara kita yang lupa shalat karena “sedikit” kekayaan kita?
Nabi Daud, seorang Nabi yang gagah perkasa, ingat kisag David dan Goliath? Kisah itu sebenarnya adalah kutipan kisah kepahlawanan Nabi Daud mengalahkan Jalut dalam sebuah pertempuran.
Tak guna badan kekar berotot kawat balung wesi, kalau tak shalat tak ada gunanya.
Tak guna dengkulmu paron, kalau tak shalat tak ada gunanya
Tak guna tubuh tinggi besar, kalau tak shalat tak ada gunanya.
Nabi Dauud saja yang sudah jelas dan teruji kegagahan dan kepahlawanannya shalat, kita lagi yang baru bisa “Petantang-petenteng” kayak preman kampung, berani nggak shalat? Nekat namanya.
“Shalat adalah tiang agama, barang siapa menegakan shalat, ia telah menegakan agamannya, barang siapa meninggalkan shalat, ia telah menghancurkan agamanya”
Wassalam
February, 19, 2007
Monday, February 19, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment