Setiap hari kita pergi kekantor atau ketempat-tempat lainnya. Ada yang menggunakan motor, ada yang bermobil, ada yang naik sepeda, bahkan ada yang berjalan kaki.
Setiap orang yang menuju ketempat tujuan dengan alat dan kendaraan masing-masing memiliki kecepatan dan ketepatan sendiri sesuai dengan kendaraan yang digunakan dan ketrampilan kita mengendarainya.
Ketika sepeda motor dan mobil kita bagus, kemudian kita trampil mengemudikannya, maka insya allah kita akan lebih cepat sampai ketempat tujuan dengan selamat. Sebaliknya, apabila kendaraan kita rusak dan tidak laik jalan, ditambah lagi kita tidak trampil mengemudikannya, maka kemungkinan kita terlambat dan celaka jauh lebih besar.
Kita dikaruniai Allah alat dan kendaraan, yaitu anggota badan kita dan hati. Dan Allah berfirman bahwa “Sesungguhnya aku telah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling sempurna”. Artinya, kita telah diberi oleh Allah kendaraan yang sangat baik, bahkan mungkin istimewa. Sekarang, kita dituntut untuk dapat memanfaatkan dan “mengemudikan” kendaraan kita dengan trampil. Ketrampilan kita mengendalikan pandangan mata kita, akan menjaga kita dari hal-hal subhat dan haram dan menjaga kita daripada keinginan yang berlebihan.
Kepiawaian kita menjada lisan, akan menuntun kita menjadi manusia bijak, serta juga kepandaian kita untuk memanfaat anggota tubuh kita yang lain akan menjauhkan kita dari api neraka. Hati, jika dapat dijaga dan dipelihara dari kekotoran nafsu dan angkara murka, akan menuntun kita menuju hakekat kemanuasiaan kita, yang pada gilirannya akan membawa kita mengenal siapa pencipta kita, yaitu Allah Swt.
Agar senantiasa dapat berfungsi dengan baik, maka kendaraan kita harus selalu terjaga, baik itu kebersihannya maupun terjaga dari segala kerusakan. Kendaraan kita dalam menuju kebenaran hakiki yaitu Allah Swt pun demikian. Tangan dan kaki kita harus selalu terjaga dari hal-hal yang dapat mengurangi fungsinya dengan cara menjaga kaki untuk tidak melangkah ke tempat-tempat maksiat yang dimurkai oleh pemberinya. Tangan kita harus terjaga dari hal-hal yang dapat merugikan orang lain dengan membuat kerusakan dimuka bumi. Tangan secara harfiah yang merusak lingkungan, misalnya, atau tangan dalam pengertian kekuasaan yang digunakan untuk menghancurkan tata nilai dan norma agama. Lalu juga lisan kita yang terjaga dari perkataan kotor dan sia-sia, pun demikian halnya dengan hati. Hati, dapat menjadi mati manakala tidak pernah kita gunakan untuk berdzikir kepada Allah. Hati pun bisa berkarat, sehingga tidak lagi bisa menerima kebenaran. Al qur’an menggambarkan, bahwa hati yang telah berkarat dan mati, bisa lebih keras dari batu, sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Baqarah 2:74:
74. Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, Karena takut kepada Allah. dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.
Mari kita berlindung kepada Allah dari hati yang berkarat dan berikhtiar untuk senantiasa menghidupkannya dengan berdzikir;
205. Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai(Al A’raf:205).
Semoga bermanfaat
Friday, February 16, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment