Al qur’an, sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad, merupakan petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang mau mempelajarinya. Al qur’an ibarat lautan yang semakin diselami akan semakin banyak keindahan dan keunikan yang akan kita temukan. Semakin dalam kita menyelami al qur’an, maka makin banyak mutiara yang akan kita temukan didalamnya.
Salah satu keunikan al qur’an adalah ia (al qur’an) akan berbicara kepada pembacanya sesuai dengan kemampuan si pembaca itu sendiri. Dari Taman kanak-kanak sampai keperguruan tinggi atau bahkan seorang professor - pun membaca dan menggunakan al qur’an yang sama, tetapi pemahaman anak tk, anak sekolah dasar dan sekolah menengah dan seterusnya sampai tingkatan profesor, pasti akan berbeda ketika memaknai seuatu ayat atau sebuah surat dari al qur’an, tergantung pada kapasitas dan kemampuan sipembacanya.
Salah satu yang dapat kita tangkap dari al qur’an adalah keindahan perumpamaan yang digunakan al qur’an untuk menggambarkan sesuatu. Salah satu contoh kecil adalah pengabadian tiga nama hewan kecil dan satu mamalia besar sebagai nama surat dalam al qur’an, yaitu Surat An Nahl (Surat 16), Surat An Naml (27), Al ankabut (29) dan Al Fiil (105). Ada apa dibalik pengabadian nama-nama hewan tersebut diatas, misalnya bukan harimau,singa atau lainnya?
An Nahl (lebah) adalah sebuah tamsil bagi peribadi muslim yang paripurna. Keunikan lebah dapat kita golongkan sebagai berikut:
- Lebah hanya makan sari pati bunga, artinya adalah bahwa lebah merupakan hewan yang selektif dalam hal memilih makanan. Selapar apapun lebah, mereka tidak makan selain sari pati bunga. Bukankan ini sebuah ibrah bagi kita, bahwa seorang muslim adalah orang yang mampu memilah dan memilih makanan yang baik dan sehat. Bukan hanya dari kadar halal dan haram makanan tersebut, juga dari sumber mana makanan itu diperoleh. Itu pelajaran pertama yang dapat kita ambil dari hewan kecil yang bernama lebah.
- Sudah merupakan sunatullah bahwa masukan yang baik, akan menghasilkan keluara yang baik juga, pun demikian dengan lebah, sari pati yang mereka konsumsi, menghasilkan madu, yang kita tahu manis rasanya, banyak manfaatnya. Pribadi muslim yang paripurna adalah pribadi yang hanya makan yang baik sehingga ia hanya mengeluarkan kata-kata dan tingkah laku yang baik pula. Seorang muslim yang terjaga dari makanan dan minuman haram, akan terpelihara juga dari kata-kata dan perbuatan yang sia-sia, apalagi kata-kata dan perbuatan yang propokatif. Makanan adalah sumber energi untuk melakukan berbagai aktivitas, jika energi positif dari hasil makanan yang baik lagi halal, maka akan melahirkan gerak lisan dan perbuatan yang insya allah baik pula.
- Hal ketiga yang dapat kita ambil pelajaran dari lebah adalah dimanapun lebah hinggap, tidak ada putik bunga yang rusak, bahkan sebaliknya, ia berfungsi juga bagi perkawinan putik sari dan serbuk sari sebagai proses kelangsungan hidup bunga itu sendiri. Pun demikian halnya dengan pribadi muslim yang paripurna, dimanapun bumi diinjak, disitu langit dijunjung.
Seorang muslim bukanlan seorang pembuat onar yang suka menghancurkan tatanan sosial kemasyarakatan dimana ia tinggal, sebaliknya, ia, seorang muslim yang ideal adalah motor bagi gerak maju masyarakat disekelilingnya, dan lebih dari itu, ia juga mampu menjadi pelopor dan motivator bagi perkembangan dan pertumbuhan masyarakatnya..
- Keempat, lihat sarang lebah, sarang itu berbentuk hexagonal (segi enam), yang dalam pengetahuan modern diketahui bahwa segi enam (hexagonal) mampu menampung volume yang lebih banyak, dibandingkan dengan kubus, segitiga atau lingkaran, dari jumlah material yang sama.
Artinya, lebah adalah jenis hewan yang selain selektif, juga cerdas, efektif dan efisien, mereka mampu membuat sarang dengan bahan yang sedikit tapi mampu menampung volume yang lebih besar.
Allah sangat benci kepada para pemboros, bahkan ia, para pemboros digolongkan sebagai “ihwannya syaitan”. Untuk itu pribadi muslim adalah pribadi yang mampu berlaku dan bertindak secara efektif dan efisien. Tidak kikir dan juga tidak berlebihan dalam menafkahkan harta dan waktunya.
- Lebah juga sekolompok hewan yang akan menyerang siapapun yang menggangu kenyamanan dan keamanan mereka. Mereka tidak pernah iseng mengganggu, tapi ketika saatnya tiba harus mempertahankan dirinya, mereka akan sontak serentak bangkit membela kehormatanya.
Seorang muslim adalah pribadi yang tidak akan pernah mencari gara-gara apalagi mencari musuh, tapi pribadi muslim yang benar adalah pribadi yang sanggup membela dan mempertahankan kehormatan diri, agama dan bangsanya.
An Naml (semut), sebagaimana kita tahu, hanyalah hewan kecil yang hampir tiap hari kita jumpai dengan mudah, dirumah, dikantor, dikebun dan hampir disemua tempat kita bisa jumpai hewan kecil ini. Satu hal yang umum kita kenal dari hewan semut adalah mereka senantiasa saling “menyapa” ketika mereka berpapasan, entah apa maksud dari aktivitas itu, namun yang jelas, sebagian orang memaknai aktivitas itu sebagai tanda solidaritas dari kalangan semut. Kisah tentang semut, ditemukan dalam al qur’an ketika al qur’an mengisahkan perjalanan pasukan nabi Sulaiman as, yang ketika melewati suatu tempat, nabi Sulaiman, yang konon dikaruniai Allah kemampuan untuk memahami bahasa binatang, mendengar percakapan sekelompk semut yang hampir terinjak oleh pasukannya.
Lepas dari karakter semut tersebut diatas dan bagaimana kisahnya dalam al qur’an, ada satu lagi karakter semut yang sangat jarang kita bicarakan. Coba perhatikan sekali lagi, bagaimana semut-semut yang hilir mudik membawa makanan kedalam sarangnya, bukan jenis makanannya yang penting, tapi jumlah makanan yang mereka bawa, sekali lagi perhatikan, mereka membawa makanan yang dua,tiga kali dan bahkan sampai 5 kali lebih besar dari ukuran tubuhnya. Kita bisa bayangkan, jika makanan itu mereka makan, pasti tidak akan habis untuk satu sampai dua kali mereka makan, bahkan mungkin sampai akhir masa hidupnya. Tapi tetap saja semut keluar dari sarangnya untuk mengumpulkan makanan yang tidak akan mereka nikmati. Adakah kita seperti semut? Pergi keluar rumah sejak matahari belum lagi sempurna menyinari bumi, dan pulang ketika matahari sudah kembali keperaduan atau bahkan larut malam, hanya untuk mencari sepiring, dua piring nasi yang kita makan. Kita, serakus apapun pasti tidak akan mampu menghabiskan lima piring nasi sekaligus, lalu mengapa kita sedemikian ngotot untuk mengumpulkan harta? Untuk warisan? Belum tentu juga harta yang kita kumpulkan akan menjadi manfaat bagi anak cucu kita, dan bahkan mungkin menjadi sumber malapetaka akibat perebutan warisan, jadi,,,,,masihkah kita akan menjadi semut?
Al Ankabut (laba-laba), jenis serangga yang unik dan sangat menarik kita perhatikan. Pertama bagaimana cara laba-laba mencari makan? Ia memasang perangkap dan jaring untuk menjerat mangsanya, kemudian membiarkan mangsanya menggelepar kehabisan nafas dalam jeratannya, lalu ia akan memakannya. Sungguh sebuah usaha yang sangat “kejam” dan bahkan, sang pejantan yang telah membuahinyapun tak lepas dari ancaman jerat dan kekejamannya. Adakah kita seperti laba-laba? Menjerat mangsa kita, melumpuhkannya lalu membantainya?
Al Fill (Gajah) adalah binatang mamalia terbesar yang hidup didarat, yang kekuatan dan berat tubuhnya mungkin setara dengan dua puluh kekuatan dan berat tubuh orang dewasa. Tapi sering kali kita lihat, gajah, binatang yang perkasa itu menjadi sedemikian patuh hanya oleh seorang pawang. Ia hanya menurut ketika disuruh ini dan itu, bahkan ketika kepala disakitipun,ia tidak berontak. Mengapa?
Karena gajah tidak pernah mendongak melihat langit, dia hanya tertunduk..maksudnya gajah adalah simbol dari siapapun yang mempunyai potensi, tapi ia sendiri tidak tahu potensi yang ada pada dirinya. Ia sudah terpola dan terbelenggu oleh kondisi yang sedemikian rupa diciptakan oleh sang pawang.
Ada beberapa belenggu yang kerap membelit potensi kita, tapi kita sendiri tidak menyadarinya,
- Belenggu masa lalu, Ketika kecil, biasanya gajah-gajah di ikat kakinya dan tidak diberi makan, sehingga ia lemas. Ketika gajah kecil itu mencoba melepaskan ikatan dikakinya, ia selalu gagal, sehingga perasaan gagal inilah yang terus terbawa sampai ia dewasa. Ketika kekuatannya telah bertambah besarpun, ia enggan mencoba melepaskan ikatan tali, karena ia trauma dengan percobaan yang gagal dimasa kecilnya.
Setiap orang mempunyai masa lalu, ada yang masa lalunya indah, dan ada pula yang kurang menyenangkan. Keindahan masa lalu tidak berarti apa-apa jika kita tidak menjadikannya sebagai modal kita, pun dengan masa lalu yang kurang baik, kita tidak bisa memenjarakan diri kita dengan masa lalu, karena sedetikpun masa lalu bisa kita ubah, maka hiduplah untuk hari ini, kemudian tataplah kedepan, kemana kita akan menuju dan apa yang ingin kita capai, bukan terus-menerus terkungkung oleh bayangan masa lalu.
- Belenggu usia, “Akh saya mah sudah tua” atau “Saya masih terlalu muda untuk melakukan hal itu”. Itu ungkapan-ungkapan pembunuh kreativitas yang hendaknya kita buang-jauh-jauh. Tidak ada batasan usia yang tepat untuk melakukan sesuatu yang besar. Ada banyak contoh bahwa usia bukanlah halangan seseorang untuk mencapai prestasi puncak. Ada orang justru mencapai prestasi gemilang ketika usianya sudah senja, pun ada pula orang yang mencapai keemasaan pada usia yang relatif masih muda. Usia bukanlah halangan bagi kita untuk berprestasi.
- Belenggu pikiran – Perbedaan nyata antara orang sukses dan orang gagal adalah terletak pada bagaimana cara ia berpikir dan memandang hidup. Ada orang yang memiliki “kepasrahan semu” sehingga belum apa-apa ia telah menyerah sebelum ia melakukan apapun. Ia terlalu sibuk berdalih untuk mencari kambing hitam bagi kegagalanya dalam memenej pola pikirnya.
Demikian sekelumit kisah dan hikmah dibalik pencantuman nama-nama hewan yang terdapat dalam al qur’an – dari berbagai sumber
Monday, February 26, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment