“Tenang saja pak, saya sudah hapal jalan ini..” Kata teman yang sedang mengendari mobil yang mengantar kami pulang – pergi kerja.
“Saya sudah melintasi jalan tol Cikampek – Cibitung ini lebih dari tiga belas tahun, saya sudah hapal benar kondisi jalan dan karakter para penggunannya, makanya saya berani ambil bahu jalan dan zig-zag dengan kecepatan tinggi seperti ini”, sambungnya seolah-olah meyakinkan kami yang memang sedikit ketakutan dengan laju kendaraan yang kencang dan berada dibahu jalan.
Dari dialog diatas, ada sebuah pelajaran yang mungkin bisa kita petik dan kita jadikan tambahan “garam” dalam ruang pengetahuan kita.
Teman yang baik hati tadi mengajarkan pada kita, bahwa setelah sekian lama (tiga belas tahun lebih- pen) melintasi jalan yang sama, tanpa disadari hampir setiap lekuk jalan, baik itu yang bergelombang, ada lubang, penyempitan, ada gerbang tol dan titik – titik kemacetan serta kilometer berapa saja yang rawan dan sering terjadi kecelakaan, kita akan “hapal” dengan sendirinya, yang karenanya kemudian dia bisa berkendara dengan nyaman, meskipun jalanan ramai dipenuhi oleh mobil truk dan gandengan, dengan mudah ia bisa memecah arus dan melaju dengan cepat untuk mencapai tujuan.
Tiga belas tahun memang bukan waktu yang sebentar untuk menghapal dan membentuk sebuah keberanian, dan itu adalah sebuah harga yang memang harus dibayar untuk mendapatkan “pengetahuan tentang kondisi jalan” yang tiap hari kita lewati, yang akan mempermudah dan mempercepat kita pulang – pergi kerja. Mungkin ada orang lain yang membutuhkan waktu lebih pendek untuk dapat menghapal dan memahami kondisi jalan yang dilaluinya, tapi mungkin juga ada orang yang membutuhkan waktu lebih lama untuk bisa “hapal dan paham” seperti teman saya tadi. Banyak faktor memang, seperti keberanian, latar belakang, kendaraan yang dikemudikan dan faktor-faktor lainnya.
Kita asumsikan saja, tiga belas tahun waktu yang digunakan untuk menghapal dan memahami jalan dan berbagai hal yang ada padanya.
Tiga belas tahun artinya 156 bulan atau kalau rata-rata 1 tahun berjumlah 365 hari, maka tiga belas tahun artinya 4,745 hari.
Kalau waktu sepanjang 4,745 hari kita gunakan untuk “menghapal dan memahami” ayat – ayat al qur’an - jalan hidup kita, yang berjumlah 6,236 ayat, katakan setiap hari kita “hanya” mampu menghapal dan memahami satu ayat berserta tafsir dan aplikasinya, artinya kita “sudah akan” menghapal ayat Al qur’an sebanyak 4,745 ayat atau sekitar 76% dari total ayat al qur’an, “lumayan” banyak bukan”?
Prosentase sebesar 76% adalah jumlah yang sangat bagus bagi kita, yang katanya sibuk, katanya tidak sempat, katanya lagi waktunya habis untuk bekerja, habis untuk keluarga, habis untuk mencari nafkah dan habis untuk jalan-jalan, jika kita setiap hari minimal membaca satu atau dua halaman novel atau cerita-cerita lainnya, bernarkah kita tidak punya waktu untuk menghapal satu ayat saja dari al qur’an?
Al qur’an adalah ibarat air dalam kehidupan ikan, ikan hanya dapat hidup didalamnya. Ikan hiu, ikan puas atau jenis mahluk air apapun hanya bisa tinggal jika airnya memadai, mereka akan dengan segera mati ketika terjebak dalam air yang dangkal atau terseret oleh gelombang kedaratan, tak peduli ikan apa itu, ketika ia tidak berada di air, ikan itu’ insya Allah akan mati dengan segera.
Al qur’an adalah ibarat air, maka kita, yang mengaku orang Islam ibarat ikannya. Bayangkan kembali bagaimana menderitanya ikan yang berada diair dangkal yang tidak sesuai dengan ukurannya, atau renungkan kembali ikan yang terseret gelombang kedaratan, ia pasti akan mati.
Kembali pada kita, mungkinkah kita hidup tanpa a qur’an? Jawabannya “insya allah mungkin”, tapi kalau ditanya lagi, selamatkah kita hidup tanpa al qur’an? Jawabanya: “Insya Allah kita akan segera “mati”, persis seperti ikan yang kehabisan air. “Mati” disini bukan hanya berarti kematian secara syari’at dimana nyawa kita diambil kembali oleh pemiliknya dan jasad kita dikubur dalam tanah, “mati” disini dapat berarti mati hatinya, mati aqidahnya, mati “rasa kemanusiaanya’, mati pendengaran dan penglihatan bathinya, sehingga kita hanya akan menyerupai bangkai berjalan, yang punya hati tapi tak merasa, punya mata tapi tak melihat, punya telinga tapi tak mendengar kalamullah, mati, karena memang mata,hati, dan pendengaran kita ditutup oleh Allah;
7. Allah Telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka[20], dan penglihatan mereka ditutup[21]. dan bagi mereka siksa yang amat berat.(Al baqarah:7)
[20] yakni orang itu tidak dapat menerima petunjuk, dan segala macam nasehatpun tidak akan berbekas padanya.
[21] Maksudnya: mereka tidak dapat memperhatikan dan memahami ayat-ayat Al Quran yang mereka dengar dan tidak dapat mengambil pelajaran dari tanda-tanda kebesaran Allah yang mereka lihat di cakrawala, di permukaan bumi dan pada diri mereka sendiri.
Ketika kita tidak hidup dalam dan dengan Al qur’an, maka gelombang kehidupan dan fitnahnya akan dengan mudah menghempaskan kita kekarang – karang kehancuran, menghanyutkan kita kejurang kebinasaan, baik itu kehancuran dan kebinasaan didunia, lebih-lebih kelak kehancuran diakherat.
Sebagaimana ikan, jangankan harus hidup didaratan yang tak berair, ketika ikan yang berada diair yang dangkal sekalipun, mereka akan sekarat. Kita pun demikian, jangankan kita berpaling sama sekali dari al qur’an, ketika kita “hanya” menggunakan dalil-dalil al qur’an itu sebagian saja yang”sesuai” dengan nafsu kemanusiaan kita, mestinya kita pun megap-megap merasakan kedangkalan pengetahuan kita mengenai al qur’an, air kehidupan kita.
Tiga belas tahun sekali lagi waktu yang cukup panjang, tapi waktu terus bergulir dan melaju meninggalkan orang-orang yang diam dan hanya berpangku tangan menunggu ajal, kalau mulai detik ini kita mulai membuka dan membaca al qur’an, maka itu adalah tabungan kita menjaga kontinuitas “air kehidupan” agar kita bisa hidup didalamnya, kalau kita bilang “aah, persetan dengan tulisan ini” pun tak apa-apa, yang jelas, waktu tak bisa menunggu kita, waktu terus menerus mengurangi jatah hidup kita, detik-demi detik, menit kemenit, jam, hari, bulan, tahun dan windu, dan akhirnya kita berada dipenghujung kehidupan..............
Kita hanya punya waktu “hari ini” untuk belajar, kita tak perlu berlarut-larut menyesali “masa lalu” kita karena memang tak ada yang bisa kita lakukan untuk mengubahnya, kecuali dengan menggunakan “hari ini” untuk memperbaikinya, kita pun tak bisa berharap “hari esok” karena itu masih misteri, tidak ada yang tahu kapan kita dipanggil, maka hanya “hari inilah” milik kita, akankah kita membiarkannya lewat begitu saja, untuk kemudian kembali menyesalinya?
1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Siapa menabung, besok beruntung, investasikan waktu kita untuk menabung al qur’an, minimal satu ayat saja perhari, syukur kalau sehari kita bisa menabung dua,tiga atau lima ayat, Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al qur’an sebagai petunjuk bagi orang-orang muttaqin.
Wassalam
December 28, 2006
Friday, February 16, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment