“Men sana in corpore sano – didalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat”, demikian sebuah motto Yunani kuno yang sangat populer, yang bertujuan untuk memotivasi orang untuk menjaga kebugaran tubuh dan kesehatan jasmaninya agar dapat meraih prestasi diberbagai bidang, terutama bidang olah raga yang mungkin waktu itu berbarengan dengan penyelenggaraan Olimpiade pertama di Athena, Yunani.
Sebuah semboyan dan moto yang sangat bagus, dan terbukti sekarang, orang-orang berlomba berolahraga untuk menjaga kesehatan jasmaninya dan bahkan sekarang juga berkembang olahraga yang bukan hanya bertujuan untuk menjaga kesehatan semata, tapi juga bertujuan untuk membentuk tubuh yang ideal dan indah. Sudah sedemikian berkembangnya pengarauh olahraga ini sehingga berbagai sanggar pelatihan, pusat-pusat kebugaran dan yang sejenisnya berkembang bak jamur dimusim penghujan.
Sebuah perkembangan yang positif, karena dengan tubuh dan jasmani yang sehat dan kuat, kita dapat melakukan berbagai aktivitas dengan baik.
Satu hal yang menjadi sangat menarik adalah bahwa moto “men sana in corpore sano” ini harus diimbangi dengan “Olah Jiwa” untuk membentuk “jiwa yang sehat”, entah mana yang dulu, tapi yang jelas, kondisi sekarang menunjukan bahwa tubuh dan jasmani yang sehat dan kuat semata, tidak otomatis membuat jiwa yang kuat.
Sebuah contoh kecil adalah seorang atlet yang senantiasa menjaga kesehatan jasmaninya, tidak secara otomatis jiwanya kuat, terbukti ada banyak contoh atlet yang menggunakan doping untuk mencapai “prestasi yang semu”. Pemilihan penggunaan doping untuk mendongkrak prestasi olahraga, adalah cerminan “kerapuhan jiwa dan rendahnya rasa percaya diri” yang terdapat dalam tubuhnya yang kuat. Jiwanya lemah, meski jasmaninya kuat.
Contoh lain adalah para pelaku kejahatan, baik itu kejahatan fisik atau kejahtan yang menggunakan teknologi dan kecerdasan intelektual tingkat tinggi. Mereka, para penjahat ini, rata-rata mempunyai kondisi fisik yang prima, maling, contohnya, ia tak akan berani masuk kerumah orang lain dengan memanjat pagar yang tinggi, kalau fisiknya tidak menunjang. Hacker contohnya, ia tak akan mampu membuat virus komputer kalau kondisi fisiknya tak menunjang. Koruptor misalnya, ia tak akan mampu memanipulasi data dan merekayasa laporan kalau tidak ditunjang dengan jasmaninya yang sehat, jadi kesehatan jasmani, yang didapat dengan olahraga secara fisik, harus diimbangi dengan “Olah –Jiwa” yang memadai, agar kesehatan fisik yang prima dapat difungsikan sesuai dengan tata aturan yang benar, baik secara hukum, moral dan tanggung jawab kita sebagai manusia kepada diri kita, keluarga, lingkungan, bangsa dan kepada tuhan.
“Olah-jiwa” mungkin masih terasa asing diruang pendengaran kita, biar mudah, kita asumsikan saja bahwa jiwa kita akan sangat dipengaruhi oleh baik-buruknya kondisi “hati” kita, hati dalam pengertian “Qolbu” kita. Memang ada sedikit kesimpang siuran mengenai definisi “Hati” dan “jiwa” atau lebih tepatnya kurangnya pengetahuan yang penulis miliki mengenai hal tersebut. Semoga ini tidak mengurangi tujuan penulis untuk men-“train” dan men”stimulasi” diri penulis pribadi khususnya, dan semoga pula menambah sedikit “garam” pada menu pengetahuan para pembaca yang penulis yakini memiliki pengetahuan dan kemampuan yang jauh lebih banyak dan lebih lengkap daripada penulis yang fakir ilmu dan miskin amal ini.
Meminjam judul sebuah lagu “Tombo Ati” yang belakangan populer, kita dapat melatih ketangguhan jiwa kita; dengan lima cara; yaitu;
1. “Maca qur’an semaknane”, membaca al qur’an dengan memahami maknanya. Kenapa al qur’an dapat melatih ketangguhan jiwa kita?
Al qur’an, yang terdiri dari 6,236 ayat, terbagi dalam 114 surat dan 30 Juz, secara garis besar mengandung tiga atau empat hal pokok, yaitu “Ketauhidan”, “Hukum-hukum” dan kisah nabi dan “Bangsa-bangsa jaman dulu”, serta ada yang menambahkan bahwa al qur’an juga mengandung “berita-berita masa yang akan datang – Kehidupan akherat”
Dalam balutan keindahan bahasa, keserasian kandungan makna dan hurufnya, serta berbagai keistimewaan lainnya, al qur’an juga berfungsi sebagai Obat bagi penyakit yang ada dalam dada, sebagai petunjuk bagi orang muttaqin, sebagai pembeda antara yang haq dan yang bathil, sebagai sarana untuk memberi vitamin bagi jiwa, sebagaimana terangkum dalam ayat-ayat berikut;
57. Hai manusia, Sesungguhnya Telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman (Yunus:57).
2. Kitab[11] (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa[12],(Al Baqarah:2)
[11] Tuhan menamakan Al Quran dengan Al Kitab yang di sini berarti yang ditulis, sebagai isyarat bahwa Al Quran diperintahkan untuk ditulis.
[12] takwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.
185. (beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.(al Baqarah:185)
“Kisah-kisah orang zaman dulu” yang terdapat dalam al qur’an, seperti kekalahan dan kemenangan bangsa Romawi, kejayaan kerajaan Sulaiman dan lainnya, melatih jiwa kita untuk senantiasa bersiap diri untuk melakoni drama kehidupan ini. Ada kemenangan, ada kekalahan, ada kejayaan ada kehancuran, ada banyak kisah yang “seharusnya” menjadikan jiwa kita kuat.
2. “Shalat wengi lakonana – laksanakan shalat malam/shalat tahajud”. Ada sesuatu yang lain dalam perintah shalat tahajud ini, seperti yang terdapat dalam ayat berikut;
79. Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.(Al Isra:79)
Kenapa istimewa? Karena sepanjang pengetahuan penulis, shalat tahajud adalah satu-satunya perintah amalan “sunnah” yang langsung terdapat dalam al qur’an. Lazimnya, perintah sunnah itu datang dari Nabi Muhammad Saw.
Selain itu, kemampuan kita untuk mengalahkan rasa kantuk, adalah sebuah latihan yang sangat efektif untuk mengendalikan nafsu, dan barang siapa yang mampu mengalahkan nafsunya, maka itu adalah sebuah “Kemenangan besar”.
3. “Dzikir wengi luwenana – Berdzikir dimalam hari”. Dzikir artinya Ingat, berdzikir artinya mengingat kebesaran dan keagungan Allah dengan cara berdzikir secara lisan, secara fikri dan berdzikir dengan amal perbuatan. Kenapa dimalam hari? Karena saat itu Allah “turun” kelangit dunia untuk “ mencari” hamba-Nya yang berdzikir dan berdo’a, kemudian Allah akan mengabulkannya;
186. Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Al Baqarah:186)
Dalam ayat inilah Allah menyatakan ke”Aku”an-Nya sampai 7x (lihat cetak tebal dan miring pada arti ayat diatas), yang konon menunjukan keistimewaan ayat ini.Wallahu’alam.
4. “Wetenge luwenana – laksanakan puasa” – Kenapa dengan puasa?
Karena dalam puasa terdapat pelajaran yang sangat berharga, karena puasa secara fungsional miliki peran untuk;
- Tarbiyatul lil irodah – Pelatihan terhadap keinginan atau nafsu. Benar, keinginan adalah sebuah fitrah manusia, seperti keinginan untuk menjadi lebih baik, keinginan belajar, ingin kaya dan lainnya, tapi ketika keinginan-keinginan itu dilakukan dengan cara yang tidak dibenarkan secara syar’iat dan melampaui batas, maka keinginan itu harus dikendalikan, itulah salah satu peran puasa
- Tarekatul malaikat – pendidikan kepatuhan, sebagaimana patuhnya malaikat Allah yang tidak pernah membangkan terhadap perintah-Nya.
- Tarbiyatul ilahiyah – pendidikan sifat-sifat ketuhanan, seperti sifat sabar, pemaaf dan pemurah serta dermawan.
- Tazkiyatun an nafs – pembersihan jiwa
5. “wong Alim gembulana – Bergaulah dengan orang-orang berilmu”. Lihat tulisan “tentang sampah”, bahwa ketika kita terbiasa dengan sesuatu yang “kotor”, maka kita terbiasa dengan dosa. Pun ketika kita bergaul dengan pedagang minyak wangi, Insya Allah, harum minyak wangi itu akan menempel pada kita. Jika kita bergaul denga orang berilmu (Ulama), Insya Allah, kita akan kebagian ilmunya.
“Sala sawijine sopo bisa ngelakoni, Insya Allahuta’ala nyembadani – Barang siapa yang bisa melaksanakan kelima hal diatas, akan memberikan ridho-Nya”
Desember 15, 2006
Friday, February 16, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment