“Setiap orang pernah melakukan kesalahan, dan sebaik-baik manusia adalah mereka yang segera menyadari kesalahannya, dan segera pula memperbaiki diri dan bertobat”
Kecuali Nabi Muhammad Saw yang telah diberikan jaminan “Maksum” dari Allah Swt, setiap kita pasti pernah melakukan kesalahan dan dosa, baik itu dosa kecil atau dosa besar, baik disengaja atau tidak disengaja, karena memang Allah memberikan kita nafsu, selain rasa dan pikir, sebagai pelengkap unsur kemanusiaan kita.
Al Ghazali dalam kitab Ihya Ulumudin menyatakan bahwa secara fitrah manusia dikarunia sifat Syaitoniyah, seperti sifat sombong, ujub, takabur dan sifat membangkang, kita juga dikarunia dengan sifat Bahimiyah, sifat binatang buas, seperti rasa tega, sifat kejam dan sadis, kita juga dikarunia dengan sifat Sabaiyah, sifat rakus, tamak bin serakah, disamping kita juga dikarunia dengan sifat-sifat Rabbaniyah, sifat-sifat kasih sayang, cinta, sabar, pemaaf, welas asih dan sebagainya.
Ketika sifat Syaitoniyah, bahimiyah dan Sabaiyah kita lebih dominan dari sifat Rabbaniyah kita, maka kita akan cenderung untuk melakukan kesalahan dan perbuatan dosa, dan sekali lagi, sebaik-baik orang diantara kita adalah orang yang segera menyadari dosa dan kesalahannya dan segera memperbaikinya.
Allah senantiasa membuka pintu tobat bagi siapapun dia, tak peduli dosa apa yang pernah dilakukannya, selama ia tidak melakuan syirik dan membuatnya murtad (keluar dari agama Islam), selama ia masih bernafas dan memiliki keinginan untuk “kembali” kejalan Allah dengan bersegera, maka “tangan” Allah senantiasa terbuka untuk menyambut hamba-hamba-Nya yang mau kembali.
• •
53. Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa[1314] semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Az Zumar:53)
[1314] dalam hubungan Ini lihat surat An Nisa ayat 48.
Perhatikan, betapapun kita telah melakukan hal-hal yang melampau batas, berbuat dosa dan maksiat, Allah tetap saja membuka pintu dan kesempatan bagi kita untuk berbenah diri, memohon ampun dan bertobat kepada-Nya, dan “Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Bahkan menurut sebagian orang, Allah itu Pemilik kesucian yang hakiki, Allah tidak ingin hamba-hamba-Nya kembali kepada-Nya dalam keadaan kotor dan berlumur dosa, Allah ingin agar kita ketika kita kembali menghadap-Nya kelak, kita dalam keadaan bersih tanpa noda, sebagai mana kita terlahir kedunia fana ini dulu.
Neraka “hanya” disiapkan bagi mereka yang tidak mau bertobat dan memperbaiki diri dan berlaku sombong dengan tidak mau memakai fasilitas pengampunan dari Allah, dan orang-orang yang berputus asa dari Rahmat-Nya, karena ketika kita berputus asa, sama saja artinya kita tidak mengakui sifat-sifat Allah yang Maha Pengampun, Yang Maha Penerima Taubat serta tidak mengakui Allah sebagai dzat Yang Rahman dan Rahim, artinya lagi kita telah berlaku syirik, pantas kemudian kalau Allah berfirman;
23. Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan Dia, mereka putus asa dari rahmat-Ku, dan mereka itu mendapat azab yang pedih. (Al Ankabut:23)
TAKADA KATA TELAT-O (Baca: Tidak ada kata terlambat - pen), untuk melakukan perbaikan dan tobat selama hayat masih dikandung badan, bersegeralah bersujud kepada Allah mumpung kita masih diberi waktu, karena kita tidak tahu kapan kita akan dipanggil kembali menghadap-Nya.
8. Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan nabi dan orang-orang mukmin yang bersama Dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah Kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (At Tahrim:8)
Kalau Allah senatiasa membuka pintu bagi hamba-hamba-Nya yang ingin bertaubat, Allah juga tidak akan menutup “rekening” untuk tabungan amal kita selama hayat masih dikandung badan. Jangan pernah puas dengan amal ibadah yang telah kita lakukan, karena kepuasan hanya akan melalaikan kita dari upaya memperbaiki diri dan hanya akan menjadikan kita sombong karenanya.
Jika hari ini dan kemarin shalat wajib kita sudah baik, maka kita bisa menambah porsi shalat nafilah kita.
Jika kewajiban zakat sudah kita tunaikan, tambah dengan sedekah dengan menyantuni orang-orang yang ditunjuk Allah sebagai ladang amal kita (Fakir miskin, anak terlantar, dan janda-janda tua, ingat janda-janda tua yang hidup dalam garis kemiskinan)
Jika puasa ramadhan kita sudah penuh sebulan, tambah dengan puasa-puasa sunnah untuk makin mengokohkan pondasi iman kita.
Jika ibadah haji ke baitullah sudah kita tunaikan, aplikasikan apa yang dipesankan oleh ibadah haji, maknai Thawaf, sai, serta wukuf arofah dengan benar dan mendalam, agar kita benar-benar menjadi “Haji Jadi” dan bukan sekedar “Jadi Haji”.
Amal ibadah kita akan terus masuk kedalam “rekening” amal kita selama kita hidup, tapi kita juga dimungkinkan untuk memiliki “deposito” setelah kita meninggal nanti, dengan cara mendidik anak-anak kita menjadi anak-anak shaleh dan shalehah, karena do’a mereka akan terus mengalir pada kita sepeninggal kita nanti, dengan cara membangun masjid dan fasilitas yang bermanfaat bagi umat, karena selama fasilitas yang kita bangun dipergunakan dan bermanfaat, maka pahalanya akan terus mengalir pada kita, atau dengan meninggalkan ilmu yang bermanfaat bagi orang-orang sepeninggal kita, insya Allah, kita juga bisa memetik buah pahalanya sepeninggal kita nanti.
Gunakan hari ini dengan sebaik-baiknya, karena kita tak tahu apa yang akan terjadi esok nanti, dan kita pun tak bisa kembali kemasa lalu barang sedetikpun, gunakan hari ini sebelum semunya menjadi TELAT-O.
Wassalam
February, 16, 2007
Friday, February 16, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment