Dalam upaya kita memenangkan perlombaan mencapai ridha dan syurganya Allah, ada dua faktor penting yang harus kita perhatikan;
Yang pertama Kualitas Iman dan Amal kita
Menjaga stabilitas iman kita memerlukan sebuah kesungguhan, yang karenanya beberapa kalangan menempatkan upaya menjaga temperatur stabilitas iman ini dalam kategori jihadul akbar, jihad yang besar, karena kemampuan kita mengontrol kualitas iman juga berarti menekan nafsu kita.
Kenapa kita harus menjaga iman kita secara berkesinambungan?
Sebenarnya, kalau kita mau sedikit tafakur, kita akan merasakan sendiri diposisi mana iman kita, apakah sedang naik atau sedang turun. Suatu saat kita merasakan ghirah atau semangat beribadah, seperti rajin shalat jamaah kemasjid, rajin zakat, sedekad dan lainnya, saat itulah kondisi iman kita sedang dalam posisi ideal yang seyogyanya kita pertahankan.
Sebaliknya, suatu ketika kita merasakan “malas” yang berlebihan, jangankan untuk tahajud dan shalat nafilah lainnya, sekedar melaksanakan shalat wajib pun kadang kita banyak lalainya, misalnya dengan menunda hingga akhir waktu. Ketika itulah posisi iman kita harus segera ditingkatkan agar tidak terperosok semakin dalam.
Amal, adalah ibarat sebuah tanaman yang harus terus dijaga dengan sifat Istiqomah dan dipupuk dengan keikhlasan. Tanpa itu, tanaman amal yang kita tanam, tak akan menghasilkan buah pahala buat kita. Capek kita menunggu, lelah kita berharap, tapi ketika kita hanya menunggu dan berharap buah amal akan kita petik tanpa menjagannya dengan keistiqomahan dan keikhlasan, bersiap-siaplah menjadi orang yang merugi didunia ini dan diakherat kelak.
Yang kedua, mengetahui musuh kita, Siapa musuh kita?
1. Musuh utama kita adalah Jin / Setan, Jin menurut bahasa berarti: sesuatu yang tersembunyi dan halus. Sedangkan setan ialah: setiap yang durhaka dari golongan jin, manusia atau hewan. Dia dinamakan jin disebabkan tersembunyi-nya dari mata (pandangan) – ((Dr. Jaudah Muhammad 'Awad, diterjemah ringkas oleh Asri Ibnu Tsani).. Jin diciptakan dari api yang sangat panas (Al Hijr: 28).
60. Bukankah Aku Telah memerintahkan kepadamu Hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu",
Selain memerintahkan kita untuk beriman dan taat kepadanya, Allah juga memerintahkan dan mengingatkan kita agar kita tidak terjebak oleh bujuk rayu setan, dan agar kita senantiasa waspada terhadap tipu dayanya. Tidak ada satu pun apa yang dibisikan setan itu melainkan merupakan jalan kehancuran, dan hanya menguntungkan mereka.
Bohong kalau ada yang bilang setan bisa memberikan uang kepada kita, kalau dia tidak memiliki kepentingan, dan ini jelas sekali benang kemusyrikannya, karena kita hanya meyakini bahwa Allah-lah yang melapangkan dan menyempitkan rezeki kita, bukan Setan.
Bohong kalau ada yang berkata setan bisa membuat dagana kita laris,
Dusta kalau ada yang bilang setan bisa membantu kita naik jabatan
Penipu kalau ada yang bilang setan bisa memberi kita kekuatan
Jadi berhati-hatilah terhadap setan dengan segala bentuknya, bisa golongan Jin yang durhaka, bisa juga dari kalangan manusia yang durjana. Kenali lingkungan sekitar kita, jangan-jangan disana banyak setan dari golongan bangsa manusia.
2. Hawa Nafsu - Hawa nafsu adalah kecenderungan jiwa kepada sesuatu, baik itu berupa kebaikan atau keburukan. Setiap ayat Al Qur'an yang menyebutkan tentang hawa nafsu, selalu dalam bentuk pencelaan, di samping mengingatkan agar kita tidak mengikuti dan cenderung kepadanya.
23. Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya[1384] dan Allah Telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
[1384] maksudnya Tuhan membiarkan orang itu sesat, Karena Allah Telah mengetahui bahwa dia tidak menerima petunjuk-petunjuk yang diberikan kepadanya.
Kenali hatimu, maka kamu akan kenal siapa dirimu, Sering kita mendengar orang yang melakukan suatu yang berlawanan dengan norma agama dan tata susila mengatasnamakan “kata hati”. Mungkin benar dorongan yang timbul untuk melakukan kejahatan itu timbul dari dalam hatinya, tapi hati yang mana? Mengutip Al Imamul Ghazali dalam Ihya Ulumudin, bahwa kita dibekali sifat-sifat Syeta, sifat kebinatangan, sifat rakus dan kebuasan sebagai salah satu fitrah kita, nah ketika kita tidak mengenali Hati yang mana yang menyuruh kita, apakah Sifat setan kita, atau sifat kebinatangan kita yang menyuruh kita, maka kita akan terperdaya oleh tipu daya nafsu kita. Sebaliknya ketika kita sudah tahu dan akrab dengan hati dan diri kita, bisikan yang muncul itu dapat kita kenali, nafsukah ini atau Rabbaniyah kita yang menyuruh? Dan dengan mudah kita akan dapat memutuskan apakah ini baik atau tidak.
3. Kaum Munafik – musuh ini jauh berbahaya dari kaum kafir sekalipun. Allah mengingatkan kita tentang ciri dan perilaku mereka;
14. Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami Telah beriman". dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka[25], mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok."
[25] Maksudnya: pemimpin-pemimpin mereka.
76. Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata:" kamipun Telah beriman," tetapi apabila mereka berada sesama mereka saja, lalu mereka berkata: "Apakah kamu menceritakan kepada mereka (orang-orang mukmin) apa yang Telah diterangkan Allah kepadamu, supaya dengan demikian mereka dapat mengalahkan hujjahmu di hadapan Tuhanmu; Tidakkah kamu mengerti?"[66]
[66] sebagian Bani Israil yang mengaku beriman kepada nabi Muhammad s.a.w itu pernah bercerita kepada orang-orang islam, bahwa dalam Taurat memang disebutkan tentang kedatangan nabi Muhammad s.a.w. Maka golongan lain menegur mereka dengan mengatakan: "Mengapa kamu ceritakan hal itu kepada orang-orang Islam sehingga hujjah mereka bertambah kuat?"
Ini yang harus kita waspadai, sangat mungkin orang-orang jenis ini memakai sorban, banyak memahami ilmu agama dan bergaul dengan kita dalam kehidupan sehari-hari, tapi dibalik itu, sebuah misi penghancuran akidah dan perusakan umat, tersembunyi dibalik pakaian dan tutur katanya yang seolah-olah berpihak kepada kita. Contoh konkretnya Snock Hogranye yang mampu membuat politi belah bambu di Aceh
4. Musuh yang nyata – Yahudi wa Nasaro, Ingat mereka tidak akan pernah tinggal diam melihat Islam jaya, sebaliknya, mereka dengan cara apapun “kalau dengan dusta kerajaan bapa menjadi jaya, kenapa dusta masih dianggap dosa” itu doktrin mereka.
Allah mengingatkan kita;
120. Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.
Perhatikan paragraf terakhir, “jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu” . Milah bukan hanya diartika sebagai agama, tapi bisa juga cara atau gaya hidup, tata cara mereka, maka berhati-hatilah dengan perangkap dan jebakan yang mereka pasang melalui propaganda ekonomi global, plurarisme, politik dan budaya, karena sekali lagi, jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu” Nadzubillah.
Wassalam
January 31, 2007
Monday, February 5, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment