Sebuah fenomena menarik ketika awan yang berarak membentuk lafadz ’ seperti diatas (February 18 kemarin – Detik.com), ada “rasa” yang berbeda ketika kita menemukan sesuatu yang menurut kita “langka” dan merupakan sebuah keajaiban. Hal senada juga pernah terjadi pada tubuh ikan hias, pada pepohonan, pada batu, pada bola bowling dan masih banyak lagi tanda-tanda kebesaran Allah yang dapat kita temukan pada hal-hal disekitar kita, yang dapat kita lihat dengan mata lahiriah kita.
Akan ada lebih banyak tanda-tanda dan ayat Allah yang akan terlihat oleh kita, manakala kita melihatnya dengan “mata hati kita”, disetiap apa yang terlihat oleh mata lahiriah kita, pasti disitu ada “Kebesaran Allah”, ada ilmu-Nya, ada Qudrat-Nya, ada Iradah-Nya, ada “Kekuasaan-Nya”, ada “Innayah-Nya;
Mari sejenak kita lihat, apa saja yang “seharusnya” membuat kita tersungkur sujud, manakala kita menyadari bahwa selama ini kita hidup bersama ayat-ayat Allah yang jauh lebih mengagumkan dari fenomena yang disebutkan diatas;
49. Sebenarnya, Al Quran itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu[1156]. dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat kami kecuali orang-orang yang zalim. (Al Ankabut:49)
Tidakkah kita “melihat” bahwa Al Qur’an adalah sebuah “tanda atau ayat dari Allah?
Perhatikan huruf-hurufnya, perhatikan susunan kalimatnya, perhatikan kandungannya, perkatikan isi dan maknanya, Subhanallah, disana terpampang jelas adanya Ilmu Allah, adanya Kehendak Allah, adanya Kekuasaan Allah, ada....tak kuasa lagi tangan ini mengetik keyboard untuk melukiskan betapa “kebesaran Allah” tampak nyata disana, lebih nyata dari yang terlihat diawan yang melintas kemarin.
Tidakkah tergambar oleh benak kita, seandainya Al qur’an adalah karya tangan manusia, niscaya akan banyak ditemukan ketimpangan dan kontradiksi
Tidakkah terpikir oleh kita, bahwa hingga saat ini tak ada satu mahlukpun, baik itu manusia, jin maupun malaikat yang mampu membuat bacaan yang sejenis al qur’an
Tidakkah kita perhatikan firman Allah berikut;
31. Dan sekiranya ada suatu bacaan (Kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung-gunung dapat digoncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat berbicara, (tentulah Al Quran Itulah dia)[774]. Sebenarnya segala urusan itu adalah kepunyaan Allah. Maka Tidakkah orang-orang yang beriman itu mengetahui bahwa seandainya Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah memberi petunjuk kepada manusia semuanya. dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu terjadi dekat tempat kediaman mereka, sehingga datanglah janji Allah. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji. (Ar rad:31)
[774] dapat juga ayat Ini diartikan: Dan sekiranya ada suatu bacaan (Kitab suci) yang dengan membacanya gunung-gunung dapat digoncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat bicara (namun mereka tidak juga akan beriman).
Seorang yang non muslim yang waraspun pasti mengakui bahwa al qur’an adalah sebuah “tanda” dari sedemikian banyak tanda yang Allah berikan kepada manusia untuk “mengenal” kebesaran-Nya.
Kemudian dalam ayat lain Allah berfirman;
21. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (Ad Dzariyat:21)
Pada diri kita sendiri? Adakah tanda-tanda kebesarannya yang terdapat pada diri, pernah kita perhatikan?
Kalau kita mengagumi Candi Borobudur, Taj Mahal, Manara Pisa, Tembok China, Patung Liberty, Ka’bah sebagai keajaiban – keajaiban Dunia, tidakkah kita merasa bahwa Mata kita, Hidung kita, Telinga kita, Kulit kita, dan lidah kita merupakan lima buah Maha Keajaiban ciptaan yang Maha kuasa?
Pernahkah kita perhatikan bagaimana mata kita bekerja? Melihat dan membedakan berbagai jarak dan ukuran, melihat dan membedakan warna, berkedip, terpejam, terbelakak, mungkinkah semuanya terjadi dengan sendirinya? Mungkinkah struktur yang sedemikian rumit dan sempurna tercipta secara kebetulan? Kenapa mata kita didepan, kenapa ada kelopak mata, kenapa ada bulu mata, ada alis?
Dan masih banyak sekali kata “mungkinkah” dan “kenapa” yang sekali lagi “seharusnya” menuntun kita untuk menemukan “sesuatu” dibalik semua keajaiban itu, dan hanya satu jawabannya, disana ada “kebesaran Allah” yang Maha Menciptakan dan Maha Sempurna.
Pernahkah kita perhatikan bagaimana hidung kita bekerja? Bagaimana hidung membedakan wewangian dan bau yang tak sedap?
Pernahkah kita perhatikan, bagaimana Telinga kita bekerja? Mendengar harmoni yang menentramkan, mendengar dentum halilintar yang menggelegar, mendengar jerit tangis yang memilukan, mendengar tawa dan canda, mendendar rintih pilu, ratap tangis, dan lainnya.
Pernahkah kita perhatikan bagaimana kulit kita bekerja? Merasakan panas dan dinginnya cuaca?
Pernahkah kita perhatikan bagaimana lidah kita bekerja? Merasakan manisnya gula, asinya garam, asamnya asam, pedasnya cabe, panasnya air panas, dinginnya es, dan masih banyak lagi “rasa’ yang tak terdefinikan dengan untaian kata-kata.
Pernahkah? Ketika kita tidak lagi mampu menulis, menguraikan kata-kata dan bertutur kata tentang “bagaimana dan kenapa” panca indera kita bekerja, sungguh disana ada “kebesaran Allah” yang sangat nyata, sangat jelas, sangat gamblang, belum lagi apa yang dirasakan dan ditangkap oleh kelima indera kita terhubung dengan “rasa” lain, sehingga menimbulkan respon yang sangat sinkron, teratur, tertata, terkordinasi dan entah ter..apalagi, yang semuanya akan menggerakan hati dan mulut orang-orang yang mampu melihatnya untuk berucap ; ”Subhanaka maa khlaqta hadaa bathil – Maha Suci Allah yang menjadikan semuanya tidak dengan sia-sia”
Semakin banyak tanda-tanda kebesaran Allah yang dapat kisaksikan, semoga semakin kita tertunduk menyadari betapa kecilnya, dan menyadari betapa disana ada “Yang Maha Besar – Allahuakbar”
Wassalam;
Februari, 21, 2007
Wednesday, February 21, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment