Tuesday, February 27, 2007

Jangan buat masalah jadi problem

Hidup adalah masalah, ya hidup adalah serangkaian permasalahan yang harus mampu dilalui oleh orang-orang yang mau hidup.

Setiap mahluk dikarunia Allah kemampuan untuk bertahan hidup ditengah lingkungannya, survival behaviour namanya. Beruang kutub dikarunia Allah kemampuan untuk hidup ditengah balutan rasa dingin yang sangat extrim, end toh mereka mampu bertahan hidup disana. Unta mampu hidup ditengah panas dan tandusnya gurun pasir, unta dikarunia Allah kemampuan untuk mencerna tanaman yang keras dan bahkan bebatuan sebagai alat untuk mempertahankan hidupnya.

Selain alat dan sarana yang memang disediakan Allah kepada setiap mahluk untuk bertahan hidup, seperti bulu yang tebal pada beruang kutub, kaki yang tahan panas pada unta dan lainnya, kemampuan bertahan hidup juga sangat dipengaruhi oleh perilaku mahluk-mahluk itu sendiri.

Manusia, sebagai makluk yang dikarunia Allah kemampuan untuk bertahan hidup dengan organ tubuh dan akal serta perilaku manusia itu sendiri. Manusia yang mampu mengubah masalah menjadi sesuatu yang bermanfaat saja yang mampu bertahan hidup, baik dalam arti hidup secara biologis seperti tumbuh, bergerak dan berkembang biak, maupun hidup dalam arti yang lain.

Sebaliknya, manusia yang mempuyai perilaku untuk selalu menjadikan masalah menjadi problem, menjadikan masalah sebagai sesuatu yang ditakuti, menyeramkan dan harus dihindari, akan cenderung untuk sulit dapat bertahan hidup.

Apa saja permasalahan hidup yang harus kita hadapi?

Pertama bagaimana memanfaatkan terbatasnya waktu (usia) – dibandingkan dengan umat Nabi Nuh as yang dikarunia Allah usia yang panjang, konon usia Nabi Nuh As mencapai 900 tahun, atau Nabi Ibrahim yang dikarunia Allah usia yang panjang, kita, umat Nabi Muhammad Saw dikarunia Allah usia yang relatif lebih pendek, yaitu sekitar 60~70 tahun. “Permasalahan” pendeknya usia atau masa hidup kita hendaknya tidak menjadikan kita “iri” kepada umat-umat sebelum kita, justru kita ditantang Allah untuk bagaimana memanfaatkan masa hidup kita yang relatif singkat ini, sehingga mampu menghasilkan tabungan amal yang setara dengan mereka yang dikaruniai Allah usia yang panjang.

Apa dan bagaimana kita mengatasi masalah pendek usia untuk menghasilkan bekal akhirat yang sebanyak-banyaknya?

Allah menyediakan fasilitas berupa waktu dan amaliah tertentu yang nilainya insya Allah menyamai pahala orang-orang yang dikarunia Allah umur panjang.
Kita dikarunia Allah Bulan Ramadhan,bulan suci dimana pahala amaliah dan ibadah kita dinilai dengan kadar tertentu, lebih dari amaliah dan ibadah yang dilakukan pada waktu atau bulan-bulan selain ramadhan.

Kita juga dikarunia Allah malam Qadr, atau lebih dikenal dengan Lailatul Qadr, malam kemulian yang nilai atau kadarnya sama dengan seribu bulan atau setara dengan 83 tahun. Kalau kita mampu memanfaatkan malam qadr dengan amaliah yang diridhai Allah selama sepuluh tahun saja dari masa hidup kita, maka nilainya hampir sama dengan amaliah yang dikerjakan oleh umat Nabi Nuh as yakni 830 tahun.

Orang yang pandai memanfaatkan “masalah” dan mampu mengubahnya menjadi sebuah keuntungan yang sangat banyak, dialah orang yang beruntung.

Sebaliknya orang yang menjadi masalah umur yang pendek menjadi problem hidupnya, dengan mengeluh, panjang angan dan banyak bermimpi konyol, akan terpinggir kepojok-pojok kehidupan yang gelap lagi menghinakan.

Kedua bagaimana memanfaatkan terbatasnya sumber daya, keterbatasan kemampuan, keterbatasan biologis, keterbatasan fisik dan lainnya – Kita, sekali lagi dikarunia Allah kemampuan yang serba terbatas. Kemampuan ilmu kita terbatas, kemampuan fisik kita juga tidak sebesar dan segagah umat-umat dahulu yang konon bisa mencapai ketinggian 90m. Tapi manusia bijak adalah manusia yang mampu mengelola kondisinya yang serba terbatas itu menjadi sesuatu yang “menantang” untuk dicarikan solusinya.

Mereka, orang-orang bijak, akan lebih banyak menggunakan akal dan pikirannya ketimbang kekuatan fisiknya. Mereka akan menggunakan akal dan pikirannya untuk mencari nafkah, mereka akan menggunakan akal dan fikirannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, bukan sekedar menggunakan kekuatan otot dan fisik semata, karena mereka, orang-orang bijak itu menyadari sepenuhnya masalah keterbatasan fisiknya, dan tidak menjadikan itu sebagai problem.

Sebaliknya, orang-orang yang kurang pandai, banyak menggunakan otot dan kekuatan fisiknya, petantang-petenteng jadi preman kampung, jadi jagoan neon, jadi centeng dan tukang pukul, itu semua bukan cara cerdas untuk mengatasi masalah, justru pada kondisi tertentu, jadi preman malah menjadikan masalah kedalam problem yang lebih dalam.

Selain masalah fisik, keterbatasan sumber daya alam juga merupakan sebuah masalah yang harus dituntaskan bagi mereka yang ingin hidup. Keterbatasam minyak bumi, keterbatasan logam dan keterbatasan lain, juga harus dicermati sehingga tidak menjadi problem dikemudian hari.

Kapal terbang, kapal laut, kereta api dan mobil adalah jawaban atas permasalahan-permasalahan atas jauhnya jarah dan wilayah. Orang-orang bijak, para penemu angkutan tersebut adalah orang yang mampu mengelola masalah menjadi sesuatu yang justru menjadikan mereka orang-orang yang mampu mengabadikan namanya dipanggung sejarah kehidupan.

Lalu bagaimana kita mengatasi masalah keterbatasan ilmu pengetahuan kita? Allah telah menciptakan kita bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal, saling bertukar ilmu pengetahuan, saling bertanya, saling memberi nasehat, saling berbagi, saling bergandeng tangan untuk secara bersama-sama mengatasi keterbatasan yang ada.

Keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang adalah merupakan sebuah fitrah, yang dengan keterbatasan itu, seseorang menjadi membutuhkan orang lain. Tidak ada satu manusiapun yang memiliki kemampuan sempurna, pasti dia memerlukan orang lain, dan dengan interaksi itu kehidupan menjadi bergulir dan berjalan seperti sekarang.

Selalu ada masalah, baik itu keterbatasan waktu, ruang, uang, sumberdaya dan ilmu pengetahuan, masalah akan datang silih berganti sepanjang perjalanan dan usia dunia masih berjalan dan bergulir.

Kesimpulanya adalah bahwa orang bijak akan mengatasi masalahnya bukan dengan masalah, tapi dengan solusi dan orang yang akan bertahan hidup adalah orang yang mampu memecahkan masalah, bukan orang yang senantiasa lari dari masalah.

Wassalam

Februari 27, 2007

No comments:

Post a Comment